Kamis, 03 Mei 2012


LAPORAN PRAKTIKUM
BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
 “KUNJUNGAN KE BALAI PENELITIAN KARET SEMBAWA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

           Balai Penelitian Sembawa telah menghasilkan berbagai inovasi teknologi yang terbukti mampu memberikan hasil yang nyata.  Berbagai inovasi teknologi tersebut seperti klon unggul karet, bahan tanam bermutu, sistem sadap, sistem usahatani karet terpadu baik pada tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman menghasilkan (TM), pengendalian hama dan penyakit, rekomendasi pemupukan, perbaikan mutu bahan olah karet yang ramah lingkungan, dan model percepatan peremajaan karet rakyat partisipatif. 
            Balai Penelitian Sembawa Terletak di tengah-tengah perkebunan karet rakyat, sejak tahun 1982 Balai Penelitian Sembawa menjalankan misinya untuk menghasilkan teknologi di bidang perkaretan.  Tidak kurang dari 27 orang tenaga peneliti yang handal dari berbagai disiplin ilmu  seperti pemuliaan, agronomi, proteksi tanaman, tanah dan iklim, pengolahan hasil, dan sosial ekonomi terintegrasi  bekerja dan berusaha menghasilkan teknologi yang bermanfaat bagi pengembangan perkebunan karet. Dilengkapi dengan berbagai laboratorium, kebun percobaan, perpustakaan, stasiun klimatologi, rumah kaca  yang memadai.

Berdasarkan kronologis berdirinya Balai Penelitian Sembawa dapat diuraikan sebagai berikut  :
1.      Surat Menteri Pertanian Republik Indonesia yang ditujukan kepada Gubernur Kepala Daerah Propinsi Sumatera Selatan No. 210/Mentan/V/1973 tanggal 23 Mei 1973, perihal Pendirian Cabang Balai Penelitian Perkebunan Bogor di Sumatera Selatan.;
2.      Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Propinsi Sumatera Selatan No. PD/123/1973, tanggal 28 Juli 1973 tentang Persiapan Pendirian Cabang Balai Penelitian Perkebunan  di Daerah Propinsi Sumatera Selatan dan Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Selatan menyetujui penyerahan penguasaan atas tanah Kebun Percobaan di Sembawa Sumatera Selatan Kepada Departemen Pertanian c.q. Balai Penelitian Perkebunan Bogor untuk dimanfaatkan dalam rangka pendirian Cabang Balai Penelitian Perkebunan Bogor di Propinsi Sumatera Selatan.;
3.      Surat Keputusan Menteri Pertanian No.445/Kpts/OP/9/1973, tanggal 10 September 1973, tentang Penugasan Direktur Balai Penelitian Perkebunan Bogor untuk Menerima Penyerahan Penguasaan Tanah Kebun Percobaan Di Sembawa Sumatera Selatan.;
4.      Surat Gubernur Kepala Daerah Propinsi Sumatera Selatan Palembang yang ditujukan kepada Direktur Balai Penelitian Perkebunan BogorNo.Dp-6/1566/1974, tanggal 11 Mei 1974, perihal Tanah untuk Perluasan Kebun Percobaan Sembawa.;
5.      Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Selatan Palembang No.275/Kpts/I/1975, tanggal 05 Juni 1975, tentang Penggunaan Tanah Seluas 4850 Ha Di Marga Pangkalan Balai dan Marga Rantau Bayur Daerah Tingkat II Musi Banyuasin yang diperlukan untuk Perluasan KP. Sembawa.;
6.      Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 270/ HP/DA/79 tanggal 21 Desember 1979 dalam Sertifikat Tanah Hak Pakai nomor 2, Desa Pangkalan Balai, Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Musi Banyuasin.
7.      Surat Keputusan Menteri Pertanian No.789/Kpts/Org/9/1981, tanggal 11 September 1981, tentang Pembentukan Balai Penelitian Perkebunan Sembawa. dan peresmiannya dilaksanakan pada tanggal 18 April 1982 oleh Wakil Presiden Republik Indonesia (Bapak H. Adam Malik).

            Balai Penelitian Perkebunan Sembawa adalah balai penelitian perkebunan milik Pemerintah berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 823/Kpts/KB.110/11/89, tanggal 30 Nopember 1989 dan pada tanggal 17 Februari 2009 diperbaharui dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 785/Kpts/PD.300/2/2009 tentang Pengelolaan Balai/Penelitian Perkebunan dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.
            Dengan terbentuknya Asosiasi Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Indonesia (AP3I) vide akta notaris Ny. Subagio Reksodipuro, SH No. 50 tanggal 24 Nopember 1987. maka koordinasi dan pengelolaan kegiatan penelitian Balai Penelitian Perkebunan  Sembawa dilakukan oleh AP31.  Kemudian berdasarkan Surat Keputusan No. 222/SPP/89 tanggal 3 Juli 1989 nama Balai Penelitian Perkebunan Sembawa diubah menjadi Pusat Penelitian Perkebunan Sembawa ( Puslitbun Sembawa ).
            Sejalan dengan konsolidasi Puslit - puslit di lingkungan AP3I pada tanggal 1 Februari 1993, melalui Surat Keputusan No. 059/93  Status Pusat Penelitian Perkebunan Sembawa berubah menjadi Balai Penelitian Sembawa di bawah naungan Pusat Penelitian Karet.
Balai Penelitian Sembawa berlokasi di tengah-tengah sentra perkebunan karet rakyat, berjarak 29 km sebelah barat kota Palembang dan 19 km dari Pelabuhan Udara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang.  Secara Administratif termasuk daerah Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan.

Visi & Misi Balai Penelitian Sembawa :
Sebagaimana telah dirumuskan dalam Rencana Strategis (Renstra) Periode 2005-2009, Balai Penelitian Sembawa, Pusat Penelitian Karet menetapkan   
Visi :
Menjadi lembaga penelitian, pengembangan dan pelayanan yang terkemuka, mandiri dan berperan aktif dalam mewujudkan usaha agribisnis karet nasional yang berdaya saing tinggi, mensejahterakan, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
Misi :
v  Menghasilkan inovasi, merekayasa dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan bagi pengembangan sistem dan usaha agribisnis karet untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan nasional;
v  memasyarakatkan secara intensif inovasi teknologi hasil penelitian kepada pengguna;
v  mendorong peningkatan kinerja industri berbasis karet di dalam negeri, melalui introduksi inovasi teknologi serta pelayanan yang proaktif;
v  mendorong terciptanya industri berbasis karet yang ramah lingkungan guna mempertahankan kelestarian agroindustri;melakukan upaya-upaya yang mengarah pada kemandirian institusi secara finansial melalui kegiatan usaha yang berbasis pada
Tugas pokok dan fungsi Balai Penelitian Sembawa:
Dalam pelaksanaannya Balai Penelitian Sembawa mempunyai tugas pokok dan fungsi (tupoksi) sebagai berikut :
Ø  Melaksanakan kegiatan penelitian untuk menghasilkan teknologi karet meliputi prapanen, pasca panen dan sosial ekonomi;
Ø  Melaksanakan pelayanan dan jasa hasil penelitian;
Ø  Melaksanakan kegiatan alih teknologi.

1.2  Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum lapangan ke Balai Penelitian Sembawa ini adalah untuk mengaplikasikan dan melihat secara langsung perkembangan tanaman karet (Hevea brassiliensis) yang telah didapat selama perkuliahan dan juga untuk melihat dan mengetahui lebih jauh tentang teknik okulasi tanaman karet.

1.3  Manfaat Praktikum
                  Manfaat yang diharapkan dari praktikum adalah sebagai informasi dan pelatihan bagi mahasiswa yaitu bagaimana mahasiswa dapat mengaplikasikan teori yang didapat saat kuliah dengan keadaan yang sesungguhnya dilapangan, serta memberikan gambaran bagaimana proses budidaya dan teknik okulasi tanaman karet bagi mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Jambi.

1.4 Waktu dan Tempat

            Praktikum ini dilaksanakan pada :

            Hari                 : Rabu
            Tanggal           : 13 Juli 2011
            Waktu             : 10.00 – 14.00 WIB
            Tempat            : Balai Penelitian Sembawa Sumatera Selatan 


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, baik sebagai sumber pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, pendorong pertumbuhan ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet maupun pelestarian lingkungan dan sumberdaya hayati. Namun sebagai negara dengan luas areal terbesar dan produksi kedua terbesar dunia, Indonesia masih menghadapi beberapa kendala, yaitu rendahnya produktivitas, terutama karet rakyat yang merupakan mayoritas (91%) areal karet nasional dan ragam produk olahan yang masih terbatas, yang didominasi oleh karet remah (crumb rubber).
Tujuan pengembangan karet ke depan adalah mempercepat peremajaan karet rakyat dengan menggunakan klon unggul, mengembangkan industri hilir untuk meningkatkan nilai tambah, dan meningkatkan pendapatan petani. Sasaran jangka panjang (2025) adalah: (a) Produksi karet mencapai 3,5-4 juta ton yang 25% di antaranya untuk industri dalam negeri; (b) Produktivitas meningkat menjadi 1.200-1.500 kg/ha/th dan hasil kayu minimal 300 3 m /ha/siklus; (c) Penggunaan klon unggul (85%); (d) Pendapatan petani menjadi US$ 2.000/KK/th dengan tingkat harga 80% dari harga FOB; dan (e) Berkembangnya industri hilir berbasis karet. Sasaran jangka menengah (2005-2009) adalah: (a) Produksi karet mencapai 2,3 juta ton yang 10% di antaranya untuk industri dalam negeri; (b) Produktivitas meningkat menjadi 800 kg/ha/th dan hasil kayu minimal 3 300 m /ha/siklus; (c) Penggunaan klon unggul (55%); (d) Pendapatan petani menjadi US$ 1.500/KK/th dengan tingkat harga 75% dari harga FOB; dan (e) Berkembangnya industri hilir berbasis karet di sentrasentra produksi karet.
Karet cukup baik dikembangankan di daerah lahan kering beriklim basah. Tanaman karet memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan komoditas lainnya, yaitu: dapat tumbuh pada berbagai kondisi dan jenis lahan, serta masih mampu dipanen hasilnya meskipun pada tanah yang tidak subur, Mampu membentuk ekologi hutan, yang pada umumnya terdapat pada daerah lahan kering beriklim basah, sehingga karet cukup baik untuk menanggulangi lahan kritis, Dapat memberikan pendapatan harian bagi petani yang mengusahakannya, dan Memiliki prospek harga yang cukup baik, karena kebutuhan karet dunia semakin meningkat setelah China membuka pasar baru bagi karet Indonesia.
Prospek agribisnis karet diprediksi oleh para ahli akan semakin menjanjikan di masa yang akan datang. Peningkatan harga karet alam di pasaran dunia terjadi karena adanya defisit suplai karet alam dibanding permintaan yang terus meningkat tajam disertai tingginya harga bahan baku karet sintetis yang merupakan barang substitusi karet alam akibat tingginya harga minyak mentah dunia (Anwar, 2006). Negara-negara seperti Amerika Serikat, Eropa, Jepang, dan China merupakan contoh konsumen besar karet alam. Defisit suplai karet alam dunia salah satunya disebabkan oleh rendahnya produktivitas tanaman karet. Usaha-usaha yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produktivitas tanaman di antanya adalah penggunaan bahan tanam unggul dan penerapan sistem eksploitasi yang tepat. Selain kedua faktor tersebut, faktor lain yang memiliki pengaruh signifikan terhadap produktivitas adalah pemeliharaan tanaman baik pada fase betum menghasilkan (TBM) maupun fase menghasilkan (TM).
Produktivitas tanaman karet sangat ditentukan oleh kapasitas produksi tanaman dan hamparan, sedangkan kapasitas produksi secara langsung dipengaruhi oleh tingkat pemeliharaan tanaman. Oleh sebab itu, pemeliharaan memegang peranan penting dalam peningkatan produktivitas tanaman. Seperti halnya tanaman perkebunan pada umumnya, tanaman karet memerlukan tindakan pemeliharaan secara agronomis untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangannya. Tanaman karet yang tidak dipelihara dengan baik akan menghasilkan tanaman karet yang heterogen sehingga produktivitas areal menjadi rendah. Di samping itu, tanaman juga mengalami hambatan pertumbuhan dan perkembangan sehingga matang sadap dicapai dalam waktu yang lebih lama. Pemeliharaan tanaman yang baik hendaknya dilakukan sejak pertama kali tanaman dipindah ke lapangan.
Karet merupakan komoditas unggulan Provinsi Jambi. Dari tahun ke tahun terjadi peningkatan luasdan jumlah petani yang berusaha pada komoditas ini. Luas perkebunan karet rakyat di Provinsi Jambi 557.042 hektar dengan produksi229.900 ton.Dari luasan tersebut 105.566 hekter merupakan tanaman belum menghasilkan (TBM), 330.820 hektar tanaman menghasilkan (TM) dan 130.656 hektar tanaman tua (TT) (Disbun Provinsi Jambi, 2005). Jumlah petani yang menggantungkan hidupnya dari usahatani tanaman karet juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tercatat pada tahun 1988 jumlah petani yang berusahatani tanaman karet sebanyak 181.074 KK (BPS Provinsi Jambi, 1999) dan pada tahun 2003 meningkat menjadi 190.133 KK (Rosyid et al., 2004). Sumbangan devisa sektor perkebunan karet mencapai lebih dari tiga miliar per tahun dan cendrung akan meningkat pada tahun berikutnya.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil yang diperoleh dari praktikum ini adalah berupa materi - materi  tentang  Balai Penelitian Sembawa, perkembangan tanaman karet (Hevea brassiliensis) dan teknik okulasi tanaman karet.

Fasilitas Balai Penelitian Sembawa : 

1. Kebun Percobaan
            Balai Penelitian Sembawa mempunyai areal kebun percobaan di Sembawa, Kabupaten Banyuasin seluas 3.350 hektar  (Sertifikat Tanah Hak Pakai No. 2 / Pangkalan Balai tahun 1979) dan unit kebun percobaan di Batumarta, Kabupaten Ogan Komering Ulu, dengan luas 146.35 hektar (Sertifikat Tanah Hak Pakai No. 01 / Ogan Komering Ulu tahun 2003). Areal Kebun Percobaan Sembawa sebagian besar didominasi jenis tanah podsolik merah kuning dengan elevasi 0 – 10 meter dari permukaan laut (dpl).  Beriklim basah klas A (Koppen), dengan rata-rata curah hujan 2.200 mm dan mempunyai dua bulan kering, Juli dan Agustus setiap tahunnya.  Suhu udara maksimum adalah 32° C. dan suhu minimum 22° C, dengan kelembapan lebih dari 80 % sepanjang tahun.
2. Laboratorium
Analisis dan pengujian teknis dapat dilakukan di Laboratorium Balai Penelitian Sembawa.  Jenis analisis yang dapat dilakukan meliputi:  analisis tanah, analisis jaringan tanaman, analisis lateks, dan analisis bekuan.  Saat ini ada empat laboratorium yang dimiliki oleh Balai Penelitian Sembawa untuk mendukung kegiatan penelitian maupun untuk jasa pelayanan terhadap para pengguna.  Keempat laboratorium tersebut adalah : Laboratorium Tanah dan Pemupukan, Laboratorium Fisiologi Tanaman, Laboratorium Hama dan Penyakit, dan Laboratorium Teknologi.  
Kegiatan yang dilakukan di Laboratorium Tanah dan Pemupukan meliputi analisis tanah, analisis daun/tanaman, analisis pupuk, pengukuran kadar proline pada daun, dan pengukuran kadar sukrosa pada lateks. Kegiatan yang dilakukan di Laboratorium Teknologi meliputi analisis lateks dan bekuan, antara lain kadar karet kering (KKK), kandungan jumlah padatan (KJP), kandungan amoniak,   mutu spesifikasi teknis (khusus untuk bekuan) dan kalibrasi alat metrolaks (alat untuk menentukan kadar karet kering lateks). Kegiatan-kegiatan yang sedang dikerjakan di Laboratorium Fisiologi saat ini meliputi analisa lateks (analisa kadar Thiol, Pi, Sukrosa, dan KKK), serta analisis genetik. Kegiatan yang dilakukan di Laboratorium Proteksi Balai Penelitian Sembawa meliputi pembuatan media isolasi untuk jamur dan bakteri, isolasi jamur dan bakteri, identifikasi jamur dan bakteri, pemurnian isolat, inokulasi isolat jamur pada tanaman, pengawetan isolat, dan melayani identifikasi patogen penyakit karet
3. Rumah Kaca
Rumah Kaca Didirikan tahun 1981 dengan luas 216 m2.
4. Stasiun Klimatologi
Didirikan tahun 1983 dengan luas 400 m2. Dilengkapi dengan alat penakar curah hujan (Ombrometer tipe Observatorium dan Hellman), alat pengukur evaporasi (Panci Kelas A), termometer pengukur suhu tanah (kedalaman 20, 50, dan 100 cm), Sangkar Meteorologi, alat pengkur lama penyinaran (Campbell-Stokes), alat pengukur intensitas radiasi matahari (Actinograf dan Quantum meter), Alat Pengukur Kecepatan Angin (Cup Anemometer).
5.Perpustakaan
Koleksi Perpustakaan Balai Penelitian Sembawa sampai akhir bulan Desember 2008 meliputi : buku sebanyak 3.552 judul (3.591 eksemplar), majalah 619 judul (20.692 eksemplar), brosur 1.486 judul (1.797 eksemplar), dan leaflet 1.236 judul (1.944 eksemplar). Diolah berdasarkan sistem AACR II (Anglo American Cataloging Rules Edisi II) untuk mendeskripsikan dokumen (bahan pustaka buku), dan UDC (Universal Decimal Classifications) untuk notasi pengklasan subjek terkait. Untuk memudahkan penelusuran dan sistem temu kembali informasi dalam memberikan pelayanan pada pengguna, perpustakaan menyimpan dan mengolah data kepustakaan di komputer dengan perangkat lunak CDS/ISIS versi 3.0.
Data yang dapat diakses melalui CDS/ISIS ini berjumlah: 23.100 entri data yang bersumber dari buku, artikel majalah, dokumen intern, dan artikel prosiding/pertemuan teknis, workshop. Walaupun demikian disadari bahwa koleksi bahan pustaka sebanyak ini dirasakan kurang mencukupi, terutama koleksi jurnal dan majalah ilmiah, karena kelengkapan dan ketersediaan literatur yang bersumber dari jurnal ilmiah ini sangat membantu memperluas wawasan peneliti dalam penyusunan rencana penelitiannya.
 Selain itu, Perpustakaan Balai Penelitian Sembawa juga melakukan kegiatan seperti Kliping Surat Kabar, Scanning artikel majalah ilmiah, menyusun Indeks Artikel Majalah Pilihan, dan membuat Daftar Buku Baru setiap tahun. Perpustakaan Balai Penelitian Sembawa tidak hanya digunakan oleh peneliti dan karyawan, tetapi digunakan juga oleh pengguna dari luar, terutama para mahasiswa. Pada akhir bulan Desember 2008 tercatat 4.024 pengguna, yang terdiri atas: peneliti 1.051 orang, teknisi 946 orang, penunjang 958 orang, mahasiswa 1069 orang.
Fasilitas Pendukung :
1. Gedung Aula Balai Penelitian Sembawa
Didirikan tahun 2007 dengan luas 609 m2 berkapasitas 200 orang lebih dan dilengkapi dengan fasilitas AC dan sound system yang memadai.
2. Pesanggrahan
Mess Senior
Didirikan tahun 1981 dengan luas 500 m2, kapasitas 7 kamar (1 ruangan single bed besar dan 6 kamar double bed), dan dilengkapi dengan fasilitas AC.
 Mess Yunior
Didirikan tahun 1981 dengan luas 450 m2, kapasitas 8 kamar (double bed), dan  dilengkapi dengan fasilitas AC.
Guest House
Didirikan tahun 2007 dengan luas 90 m2, kapasitas 3 kamar (double bed), dan  dilengkapi dengan fasilitas AC.
 Asrama
Didirikan tahun 1985 dengan luas 283 m2, kapasitas 12 kamar (triple bed) non AC (kipas angin).
Ruang Kelas
Didirikan tahun 1985 dengan luas 160 m2, kapasitas 50 orang, dan dilengkapi dengan fasilitas AC.>
3. Pendopo
Didirikan tahun 1980 dengan luas 144 m2. Kepasitas 150 orang
4. Gedung Bulutangkis
Didirikan tahun 2007 dengan luas 258 m2.
5. Lapangan Tenis
6. Lapangan Basket
7. Lapangan Basket
Didirikan pada tahun 1995 dengan luas 407 m2.
7. Lapangan Voli
8. Lapangan Sepakbola Mini
9. Kolam Pemancingan

Struktur Organisasi Balai Penelitian Sembawa :

Balai Penelitian Sembawa merupakan salah satu dari empat Balai Penelitian pada Pusat Penelitian Karet Lembaga Riset Perkebunan Indonesia (LRPI). Kepala Balai Penelitian dibantu oleh Koordinator Penelitian, Kepala Urusan Penelitian, Kepala Urusan Komerialisasi Hasil Penelitian, Kepala Kebun, Kepala Urusan Tata Usaha, Manager Unit Prosesing Kecambah Sawit, serta Staf Peneliti dan Penunjang.  Setiap kegiatan penelitian dilakukan oleh tim peneliti dengan pendekatan multi-disiplin yang terdiri atas pemuliaan, agronomi, proteksi tanaman, tanah dan iklim, usahatani, penyadapan, pengolahan, dan sosial ekonomi.
Struktur Organisasi Balai Penelitian Sembawa adalah sebagai berikut :
 

Sumber Daya Manusia Balai Penelitian Sembawa :

            Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Balai Penelitian Sembawa didukung oleh tenaga peneliti sebanyak 27 orang dan teknisi 9 orang. Tenaga pendukung (administrasi, perpustakaan, laboratorium, rumah kaca, dan kebun) sebanyak 633 orang, sehingga jumlah karyawan di Balai Penelitian Sembawa berjumlah  665 orang. Pendidikan dari ke-27 orang peneliti Balai Penelitian Sembawa tersebut antara lain 8 orang S3 (Doktor), 12 orang S2 (Master), 6 orang S1, dan 1 Orang sarjana muda.  Dari 27 tenaga peneliti yang telah mendapatkan jenjang fungsional peneliti terdiri dari 8 Orang Peneliti Utama, 3 orang Peneliti Madya, 2 orang Peneliti Muda, 4 orang Peneliti Pertama, 5 orang Peneliti Nonklas, dan 1 orang Calon Peneliti.

Ir. H. M. Solichin, MS
Peneliti Utama
irri-sbw@mdp.net.id
1980 - 1987 Staf Peneliti dan Pengembangan Bagian Hasil di Lembaga Tabung Getah Sabah, Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia, 1988 - sekarang, Staf Peneliti Pasca Panen di Balai Penelitian Sembawa, Pusat Penelitian Karet

 Dr. Thomas Wijaya, M. Agr. Sc.
Peneliti Utama
irri-sbw@mdp.net.id
1985 - sekarang bekerja sebagai peneliti pada bagian Tanah dan Agroklimat di Balai Penelitian Sembawa, Pusat Penelitian Karet. Pernah melakukan kerjasama penelitian internasional dengan ACIAR (crop modelling), CIRAD agroclimatic zoning), ICRAF (rubber agroforestry system), dan CSIRO (climatic suitability mapping for rubber)

 Eva Herlinawati, M. Sc.
Peneliti Pertama
irri-sbw@mdp.net.id
2009 - sekarang calon peneliti bidang agronomi di Balai Penelitian Sembaw
Risal Ardika, S. P.
Peneliti Pertama
irri-sbw@mdp.net.id
2007 - sekarang, Peneliti Tanah dan Pemupukan, Balai Penelitian Sembawa, Pusat Penelitian Karet
Fetrina Oktavia, M.Si.
Peneliti Pertama
Penanggung Jawab Laboratorium Fisiologi
irri-sbw@mdp.net.id
2006 - sekarang sebagai peneliti bidang pemuliaan tanaman di Balai Penelitian Sembawa, Pusat Penelitian Karet Indonesia

KLON ANJURAN

Rekomendasi Klon Karet Unggul Periode 2010 -2014

Klon unggul baru merupakan syarat utama agar komoditas karet dapat menghasilkan produksi dengan tingkat produktivitas yang tinggi sehingga dapat menguntungkan didalam persaingan global. Dalam upaya memperoleh klonklon unggul, para peneliti dan pemulia tanaman terus menerus melakukan penelitian untuk menghasilkan klon karet unggul baik penghasil lateks, maupun lateks-kayu. Balai Penelitian Karet Sembawa telah menghasilkan klon-klon karet ungul yang direkomendasikan untuk periode tahun 2010-2014. Sistem rekomendasi disesuaikan dengan Undang-Undang No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman yang menyebutkan bahwa klon/varietas yang dapat disebarluaskan kepada pengguna harus berupa benih bina. Klon anjuran komersial dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok klon penghasil lateks dan penghasil lateks-kayu, yaitu :
• Klon Penghasil Lateks :
  IRR 104, IRR 112, IRR 118, IRR 220, BPM 24, PB 260, PB 330, dan PB 340.
• Klon Penghasil Lateks-Kayu :
  RRIC 100, IRR 5, IRR 39, IRR 42, IRR 107, dan IRR 119.

Sedangkan benih anjuran untuk batang bawah sebagai berikut :
• Benih Anjuran untuk Batang Bawah :
  AVROS 2037, GT 1, BPM 24, PB 260, RRIC 100, dan PB 330.

POTENSI PRODUKSI
Data potensi produksi lateks merupakan rata-rata produksi tahunan selama 5 – 15 tahun sadap. Potensi ini merupakan hasil pengamatan pada plot percobaan dengan pengelolaan yang dilakukan sesuai standar dan penyadapan dilakukan dengan sistem s/2 d/3 selama dua tahun pertama dan diikuti dengan s/2 d/2 tanpa menggunakan stimulan.

TANAMAN SELA
Tanaman karet dapat ditumpang sarikan dengan tanaman berikut :
-Karet dengan jagung
-Karet dengan cabe
-Karet dengan padi
-Karet dengan pisang dan nenas
-Karet dengan jati

BUDIDAYA TANAMAN KARET
Pembibitan
Komponen bahan tanaman karet adalah :
-          Ketersediaan mata entres ( kebun entreas)
-          Ketersediaan biji ( batang bawah )
-          Ketersediaan tenaga okulator
Perbanyakan tanaman karet dapat dilakukan secara generatif maupun vegetatif. Namun demikian, cara perbanyakan yang lebih menguntungkan adalah secara vegetatif yaitu dengan okulasi tanaman. Okulasi sebaiknya dilaksanakan pada awal atau akhir musim hujan dengan tahapan sbb:
- Buatlah jendela pada batang bawah dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar
1/2 - 3/4 cm.
- Buatlah perisai pada entres dengan ukuran lebih kecil dari jendela dan mata diambil dari ketiak daun.
- Bukalah jendela pada batang bawah kemudian selipkan perisai diantara kulit
jendela dan kambium
- Tutuplah kulit jendela kemudian dibalut dengan rafia atau pita plastik yang
tebalnya 0,04 mm.
- 2 minggu setelah penempelan, penbalut dibuka dan periksalah perisai.
- Potonglah batang bawah pada ketinggian 10 cm diatas tempelan dengan
arah pemotongan miring.
Klon-klon yang dianjurkan sebagai bibit batang bawah adalah:
AVROS 2037, PR 350, PB 260, BPM 24, RRIC 100, PB 330, GTI, LCB 1320 dan PR 228.
Sifat yang diharapkan adalah cepat tumbuh, daya gabung, kemampuan berbuah, tahan hama penyakit daun, mudah di okulasi, akarnya kuat.
Pembukaan lahan (Land Clearing)
Lahan tempat tumbuh tanaman karet harus bersih dari sisa-sisa tumbuhan hasil tebas tebang, sehingga jadwal pembukaan lahan harus disesuaikan dengan jadwal penanaman. Kegiatan pembukaan lahan ini meliputi : (a) pembabatan semak belukar, (b) penebangan pohon, (c) perecanaan dan pemangkasan, (d) pendongkelan akar kayu, (e) penumpukan dan
pembersihan. Seiring dengan pembukaan lahan ini dilakukan penataan lahan dalam blokblok, penataan jalan-jalan kebun, dan penataan saluran drainase dalam perkebunan.
a. Penataan blok-blok.
Lahan kebun plasma dipetak-petak menurut satuan terkecil antara lain 2 hektar untuk
setiap KK peserta plasma, dan kemudian ditata ke dalam blok-blok berukuran 400m x 400m, sehingga setiap blok dikuasai oleh 8 KK petani. Setiap 4 blok disatukan menjadi satu kelompok tani sehamparan yang terdiri dari 32 KK petani.
b. Penataan Jalan-jalan
Jaringan jalan di dalam kebun plasma harus ditata dan dilaksanakan pada waktu pembangunan tanaman baru (tahun 0) dan dikaitkan dengan penataan lahan ke dalam blok-blok tanaman. Pembangunan jalan di areal datar dan berbukit dengan pedoman dapat menjangkau setiap areal terkecil, dengan jarak pikul maksimal sejauh 200m. Sedapatkan mungkin seluruh jaringan ditumpukkan/disambungkan, sehingga secara keseluruhan merupakan suatu pola jaringan jalan yang efektif. Lebar jalan disesuaikan dengan jenis/kelas jalan dan alat angkut yang akan digunakan.
c. Penataan Saluran Drainase
Setelah pemancangan jarak tanam selesai, maka pembuatan dan penataan saluran drainase (field drain) dilaksanakan. Luas penampang disesuaikan dengan curah hujan pada satuan waktu tertentu, dan mempertimbangkan faktor peresapan dan penguapan. Seluruh kelebihan air pada field drain dialirkan pada parit-parit penampungan untuk selanjutnya dialirkan ke saluran pembuangan (outlet drain).

PENANAMAN

Persiapan Lahan Penanaman
Dalam mempersiapkan lahan pertanaman karet juga diperlukan pelaksanaan berbagai
kegiatan yang secara sistematis dapat menjamin kualitas lahan yang sesuai dengan persyaratan. Beberapa diantara langkah tersebut antara lain :

a. Pemberantasan Alang-alang, Ilalang dan Gulma lainnya
Pada lahan yang telah selesai tebas tebang dan lahan lain yang mempunyai vegetasi alang-alang, dilakukan pemberantasan alang-alang dengan menggunakan bahan kimia antara lain Round up, Scoup, Dowpon atau Dalapon. Kegiatan ini kemudian diikuti dengan pemberantasan gulma lainnya, baik secara kimia (Ally) maupun secara mekanis.
b. Pengolahan Tanah
Dengan tujuan efisiensi biaya, pengolahan lahan untuk pertanaman karet dapat dilaksanakan dengan sistem minimum tillage, yakni dengan membuat larikan antara barisan satu meter dengan cara mencangkul selebar 20cm. Namun demikian pengolahan tanah secara mekanis untuk lahan tertentu dapat dipertimbangkan dengan tetap menjaga kelestarian dan kesuburan tanah.
c. Pembuatan ters/Petakan dan Benteng/Piket
Pada areal lahan yang memiliki kemiringan lebih dari 50 diperlukan pembuatan teras/petakan dengan sistem kontur dan kemiringan ke dalam sekitar 150. Hal ini dimaksudkan untuk menghambat kemungkinan terjadi erosi oleh air hujan. Lebar teras berkisar antara 1,25 sampai 1,50 cm, tergantung pada derajat kemiringan lahan. Untuk setiap 6-10 pohon (tergantung derajat kemiringan tanah) dibuat benteng/piket dengan tujuan mencegah erosi pada permukaan petakan.

d. Pengajiran
- Pada dasarnya pemancangan air adalah untuk menerai tempat lubang tanaman dengan
  ketentuan jarak tanaman sebagai berikut :
-    Pada areal lahan yang relatif datar / landai (kemiringan antara 00 - 80) jarak tanam adalah 7m x 3m (= 476 lubang/hektar) berbentuk barisan lurus mengikuti arah Timur - Barat berjarak 7m dan arah Utara - Selatan berjarak 3m.
-    Pada areal lahan bergelombang atau berbukit (kemiringan 8%-15%) jarak tanam 8m x 2,5m (=500 lubang/ha) pada teras-teras yang diatur bersambung setiap 1,25m (penanaman secara kontur).
Bahan ajir dapat menggunakan potongan bambu tipis dengan ukuran 20cm sampai 30cm. Pada setiap titik pemancangan ajir tersebut merupakan tempat penggalian lubang untuk tanaman.
e. Pelubang
Ukuran lubang untuk tanaman dibuat 60cm x 60cm bagian atas, dan 40cm x 40cm
bagian dasar dengan kedalaman 60cm. Pada waktu melubang, tanah bagian atas (top soil) diletakkan di sebelah kiri dan tanah bagian bawah (sub soil) diletakkan di sebelah kanan. Lubang tanaman dibiarkan selama 1 bulan sebelum bibit karet ditanam.
f. Penanaman Kacangan Penutup Tanah (Legume cover crops = LCC)
Penanaman kacangan penutup tanah ini dilakukan sebelum bibit karet mulai ditanam dengan tujuan untuk menghindari kemungkinan erosi, memperbaiki struktur fisik dan kimia tanah, mengurangi pengupan air, serta untuk membatasi pertumbuhan gulma. Komposisi LCC untuk setiap hektar lahan adalah 4kg. Pueraria javanica, 6kg Colopogonium mucunoides, dan 4kg Centrosema pubescens, yang dicampur ke dalam 5 kg rock Phosphate (RP) sebagai media. Selain itu juga dianjurkan untuk menyisipkan Colopogonium caerulem yang tahan naungan (shade resistence) ex biji atau ex steck dalam polibag kecil sebanyak 1.000 bibit/ha. Tanaman kacangan dipelihara dengan melakukan penyiangan, dan pemupukan dengan 200 kg RP per hektar, dengan cara menyebar rata di atas tanaman kacangan.

Seleksi dan Penanaman Bibit
a. Seleksi bibit
Sebelum bibit ditanam, terlebih dahulu dilakukan seleksi bibit untuk memperoleh bahan tanam yang memeliki sifat-sifat umum yang baik antara lain : berproduksi tinggi, responsif terhadap stimulasi hasil, resitensi terhadap serangan hama dan penyakit daun dan kulit, serta pemulihan luka kulit yang baik. Beberapa syarat yang harus dipenuhi bibit siap tanam adalah antara lain :
-          Bibit karet di polybag yang sudah berpayung dua.
-          Mata okulasi benar-benar baik dan telah mulai bertunas
-          Akar tunggang tumbuh baik dan mempunyai akar lateral
      -     Bebas dari penyakit jamur akar (wws).
b. Kebutuhan bibit
Dengan jarak tanam 7 m x 3 m (untuk tanah landai), diperlukan bibit tanaman karet
untuk penanaman sebanyak 476 bibit, dan cadangan untuk penyulaman sebanyak 47 (10%) sehingga untuk setiap hektar kebun plasma diperlukan sebanyak 523 batang bibit karet.
c. Penanaman
Pada umumnya penanaman karet di lapangan dilaksanakan pada musim penghujan yakni antara bulan September sampai Desember dimana curah hujan sudah cukup banyak, dan hari hujan telah lebih dari 100 hari. Pada saat penanaman, tanah penutup lubang dipergunakan top soil yang telah dicampur dengan pupuk RP 100 gram per lubang, disamping pemupukan dengan urea 50 gram dan SP - 36 sebesar 100 gram sebagai pupuk dasar.

Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan yang umum dilakukan pada perkebunan tanaman karet meliputi
pemberantasan gulma, pemupukan dan pemberantasan hama dan penyakit tanaman.
a. Penyiangan gulma
Areal pertanaman karet, baik tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman sudah menghasilkan (TM) harus bebas dari gulma seperti alang-alang, Mikania, Eupatorium, dll sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Untuk mencapai bal tersebut, penyiangan pada tahun pertama dilakukan dengan rotasi 2x sebulan, sedangkan pada tahun ke dua hingga mencapai matang sadap, rotasi penyiangan dilakukan 1 x sebulan.
b. Program pemupukan
Selain pupuk dasar yang telah diberikan pada saat penanaman, program pemupukan
secara berkelanjutan pada tanaman karet harus dilakukan dengan dosis yang seimbang dua kali pemberian dalam setahun. Jadwal pemupukan pada semeseter I yakni pada Januari/Februari dan pada semester II yaitu Juli/Agustus. Seminggu sebelum pemupukan, gawangan lebih dahulu digaru dan piringan tanaman dibersihkan. Pemberian SP-36 biasanya dilakukan dua minggu lebih dahulu dari Urea dan KCl.

c. Pemberantasan Hama dan Penyakit
Pada umumnya hama utama tanaman karet adalah rayap (Coptotermes sp), yang dapat
diberantas dengan menggunakan Chlordane 8 EC atau Basudin 6 0 EC dengan konsentrasi 0,3%. Sementara itu hama Kuuk (Exopholis hypoleuca) dapat diberantas dengan Basudin 10 G. Penyakit tanaman karet yang umum ditemukan pada perkebunan antara lain :
-          Cendawan akar merah (Ganoderma pseudoferrum) dapat diberantas dengan collar
            protectant.
-          Penyakit daun Gloesporium pada TBM, dapat diberantas penyemprotan larutan KOC,
            misalnya Cabak dengan konsentrasi 0,1% atau Daconil 75 wp dengan konsentrasi 0,1
           sampai 0,2%. Sementara itu, jika menyerang TM, dapat diberantas dengan system      fogging menggunakan Daconil atau fungisida lainnya.
-          Cendawan akar putih (Rigidonporus lignosus), dapat diberantas dengan Fomac 2 atau
            Shell Collar Protectant atau Calixin Collar Protectant.
-          Penyakit jamur upas (Corticum salmonikolor) dapat diberantas dengan Calixin Ready
            Mix 2%.
-          Penyakit bidang sadapan Mouldyrot dapat diberantas dengan Benlate konsentrasi 0,1 -
           0,2% atau Difolan 4F konsentrasi 1 - 2%.
-          Penyakit bidang sadapan kanker garis (Phytophora palmivora) diberantas dengan
            Difolatan 4 F konsentrasi 2 - 4%.




Jenis okulasi
Teknik
Umur Batang Bawah
Umur dan Warna Entres
Dini
2-3 bulan
3-4 minggu, hijau muda
Hijau
4-6 bulan
3-4 bulan , hijau
Cokelat
8-18 bulan
1-2 tahun, cokelat
Tahapan Okulasi berupa persiapan dan kesiapan :
Bahan okulasi berupa :
Ø  Batu asa dan pisau
Ø  Plastic okulasi

Pada dasarnya tanaman karet memerlukan persyaratan terhadap kondisi iklim untuk menunjang pertumbuhan dan keadaan tanah sebagai media tumbuhnya. Adapun syarat tumbuh tanaman karet adalah sebagai berikut:
A. Iklim
Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 15°C LS dan 15°LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai produksinya juga terlambat. Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai 4.000 mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang. Suhu optimal diperlukan berkisar antara 25°C sampai 35°C.
Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet. Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk penanaman karet.
B. Tanah
Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya. Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarattumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m.
Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3, 0 - pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH, 3,0 dan > pH 8,0. Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara lain:
v  Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas
v  Aerase dan drainase cukup
v  Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air
v  Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir
v  Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm
v  Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro
v  Reaksi tanah dengan pH 4,5 - pH 6,5
v  Kemiringan tanah < 16% dan
v  Permukaan air tanah < 100 cm
Dalam pelaksanaan budidaya tanaman karet diperlukan berbagai langkah yang dilakukan secara sistematis mulai dari pembukaan lahan sampai dengan pemanenan.
5. Penyadapan Tanaman Karet
Produksi lateks dari tanaman karet disamping ditentukan oleh keadaan tanah dan pertumbuhan tanaman, klon unggul, juga dipengaruhi oleh teknik dan manajemen penyadapan. Apabila ketiga kriteria tersebut dapat terpenuhi, maka diharapkan tanaman karet pada umur 5 - 6 tahun telah memenuhi kriteria matang sadap. Kriteria matang sadap antara lain apabila keliling lilit batang pada ketinggian 130 cm dari permukaan tanah telah mencapai minimum 50 cm. Jika 60% dari populasi tanaman telah memenuhi criteria tersebut, maka areal pertanaman sudah siap dipanen.

Deorub K Pembeku Lateks dan Pencegah Timbulnya Bau Busuk Karet

Masalah utama yang terjadi yang terjadi dalam bokar (bahan olah karet) yang dihasilkan oleh petani karet untuk diolah menjadi karet remah jenis SIR 20 adalah mutu bokar yang rendah dan bau busuk yang menyengat sejak dari kebun. Mutu bokar yang rendah disebabkan petani menggunakan bahan pembeku lateks (getah karet) yang tidak dianjurkan dan merendam bokar di dalam kolam/sungai selama 7-14 hari. Hal ini akan memacu berkembangnya bakteri perusak antioksidan alami di dalam bokar, sehingga nilai plastisitas awal (Po) dan plastisitas setelah dipanaskan selama 30 menit pada suhu 140 oC (PRI) menjadi rendah.
 Bau busuk menyengat terjadi juga karena pertumbuhan bakteri pembusuk yang melakukan biodegradasi protein di dalam bokar menjadi amonia dan sulfida. Kedua hal tersebut terjadi karena bahan pembeku lateks yang digunakan saat ini tidak dapat mencegah pertumbuhan bakteri. Kemudian bau busuk tersebut di bawa terus sampai ke pabrik karet remah dan di pabrik yang menjadi sumber bau busuk tersebut adalah berasal dari tempat penyimpanan bokar, kamar gantung angin (pre drying room), dan mesin pengering (dryer).
Masalah bau busuk yang mencemari udara di sekitar pabrik karet remah ini sampai saat ini sangat sulit diatasi walaupun semua pabrik sudah menggunakan scrubber (cerobong asap), padahal disekeliling pabrik sudah menjadi kawasan perumahan.
Pada akhirnya bau busuk ini menimbulkan keluhan-keluhan masyarakat disekeliling pabrik atau bahkan yang jauh dari pabrik (bau terbawa oleh angin). Sedangkan masalah nilai plastisitas (Po dan PRI) yang rendah dapat diatasi oleh pabrik karet remah dengan proses penggantungan angin selama 7-14 hari, walaupun hal ini akan menyebabkan waktu pengolahan meningkat karena terhentinya perputaran modal dalam jumlah besar selam waktu tersebut.
Untuk mengatasi masalah bau busuk dan mutu karet tersebut, Balai Penelitian Sembawa telah mengembangkan dan menghasilkan formula Deorub yang disebut dengan Deorub K. Deorub K dapat mengatasi semua masalah tersebut diatas karena mengandung senyawa-senyawa yang dapat membekukan dengan cepat, mencegah pertumbuhan bakteri dan harganya sebanding dengan asam semut (format).
 Mutu teknis, karakteristik vullkanisasi dan sifat fisik vulkanisat dari karet yang dibekukan dengan Deorub K adalah setara dengan asam semut. Deorub K merupakan pengembangan dari Deorub yang dihasilkan dari penelitian di Balai Penelitian Sembawa - Pusat Penelitian Karet. Deorub K adalah cairan berwarna coklat tua dengan bau asap , pH sekitar 0,5 dan digunakan untuk lateks yang akan dibekukan dan diolah menjadi karet remah jenis SIR 20. Deorub K ditujukan khususnya untuk petani karet yang menghendaki pembekuan cepat dengan harga murah, dan tidak berbau sejak dari kebun sehingga dapat disimpan di dekat rumahnya (tidak takut dicuri orang).
Deorub K dapat mengatasi masalah tersebut di atas karenma mengandung senyawa - senyawa yang dapat berfungsi sebagai antibakteri, antioksidan, pembeku, dan bau asap yang khas. Senyawa yang berfungsi sebagai antibakteri adalah fenol dan turunannya, yang akan membunuh bakteri didalam lateks dan bekuan sehingga tidak terjadi bau busuk. Senyawa fenol atau turunannya juga berfungsi sebagai antioksidan yang akan melindungi molekul karet dari oksidasi pada suhu tinggi sehingga nilai PRInya tetap tinggi. Asam-asam terutama asam asetat akan membekukan lateks kebun dan juga berperan sebagai antibakteri. Senyawa karbonil, fenol, alkohol dan ester kan menyebabkan warna coklat dan akan memberikan bau asap khas pada bokar.
Jadi fungsi dari Deorub K adalah mencegah pertumbuhan bakteri (karena adanya fenol) sehingga tidak terjadi bau busuk. Karena bakteri ridak berkembang akibatnya adalah tidak terjadi kerusakan antioksidan dalam bentuk protein (asam-asam amino) sehingga nilai Po dan PRI tetap tinggi. Dengan nilai Po dan PRI tinggi tidak diperlukan penggantungan angin (pre-drying ) akibatnya proses pengolahan lebih cepat dan biaya pengolahan menjadi lebih murah.
Kemudian dengan tidak terjadinya dekomposisi protein menjadi amonia dan sulfida maka terjadi pengurangan jumlah limbah cair dalam bentuk NH3-N. Pengaruh Deorub K terhadap pembekuan (pH larutan, pH bekuan, kecepatan bekuan, kondisi bekuan) dan mutu teknis (Po, PRI, dan VR) antara Deorub K dan asam semut (format) tidak terjadi perbedaan yang nyata. Perbedaan yang nyata antara Deorub K dan asam semut adalah pada warna bekuan dan bau yaitu berwarna cokelat dipermukaan sampai abu-abu dan berbau asap ringan.
Untuk karakteristik vulkanisat menunjukkan bahwa torque modulus dan indeks kecepatan masak (cure rate indeks) dari Deorub K sedikit lebih tinggi, tetapi waktu masak (cure time) Deorub K lebih cepat sedikit dibandingkan dengan asam semut, sedangkan waktu scroch sama. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi perbedaan yang nyata antara Deorub K dan asam semut.
Untuk beberapa sifat fisik vulkanisat menunjukkan bahwa kuat tarik, modulus 500% dan perpanjangan putus dari kompon karet yang menggunakan pembeku Deorub K lebih tinggi dibandingkan dengan asam semut sedangkan kekerasan sama. Hal ini menunjukkan bahwa pembeku Deorub K lebih baik sedikit dibandingakn dengan asam semut.



BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1  Kesimpulan

            Balai Penelitian Sembawa Terletak di tengah-tengah perkebunan karet rakyat, sejak tahun 1982 Balai Penelitian Sembawa menjalankan misinya untuk menghasilkan teknologi di bidang perkaretan.  Tidak kurang dari 27 orang tenaga peneliti yang handal dari berbagai disiplin ilmu  seperti pemuliaan, agronomi, proteksi tanaman, tanah dan iklim, pengolahan hasil, dan sosial ekonomi terintegrasi  bekerja dan berusaha menghasilkan teknologi yang bermanfaat bagi pengembangan perkebunan karet. Dilengkapi dengan berbagai laboratorium, kebun percobaan, perpustakaan, stasiun klimatologi, rumah kaca  yang memadai.
           
            Teknik budidaya tanaman karet yang dilakukan dibalai penelitian sembawa tidak jauh berbeda dengan materi yang diperoleh di perkuliahan, termasuk dengan tekhnik okulasi yang dilakukan. Hanya saja disini menggunakan tenaga ahli yang sudah terlatih, sehingga hasil yang diperoleh bias maksimal.

4.2 Saran
           
            Dalam praktikum lapangan sebaiknya perlu diperhatikan efektifitas dan keefisienan dalam penyampaian materi-materi oleh narasumber, seperti dengan membuat kelompok-kelompok kecil yang didampingi oleh seorang ahli, selain itu perlu diperhatikan waktu dan cara penyampaian materi oleh narasumber, agar mahasiswa bisa memperoleh informasi sesuai dengan tujuan praktikum. 

DAFTAR PUSTAKA




http://www.icraf.org/201097765378799/Okulasi Karet

Setiawan, D. H. dan Andoko A., 2005. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Setyamidjaja, D., 1993. Karet, Budidaya dan Pengolahannya. Kanisius, Yogyakarta.

Sianturi, H. S. D., 2001. Budidaya Tanaman Kelapa Karet. USU Press, Medan.

Syamsulbahri, 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. UGM Press, Yogyakarta.

Tim Penulis PS, 2008. Panduan Lengkap Karet. Penebar Swadaya, Jakarta.

Widianto, I., 2000. Membuat Stek, Cangkok dan Okulasi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar