LAPORAN PRAKTIKUM
BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
“KUNJUNGAN KE BALAI PENELITIAN KARET SEMBAWA”
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Balai Penelitian Sembawa telah menghasilkan berbagai inovasi
teknologi yang terbukti mampu memberikan hasil yang nyata. Berbagai
inovasi teknologi tersebut seperti klon unggul karet, bahan tanam bermutu,
sistem sadap, sistem usahatani karet terpadu baik pada tanaman belum
menghasilkan (TBM) maupun tanaman menghasilkan (TM), pengendalian hama dan
penyakit, rekomendasi pemupukan, perbaikan mutu bahan olah karet yang ramah
lingkungan, dan model percepatan peremajaan karet rakyat partisipatif.
Balai
Penelitian Sembawa Terletak di tengah-tengah perkebunan karet rakyat, sejak
tahun 1982 Balai Penelitian Sembawa menjalankan misinya untuk menghasilkan
teknologi di bidang perkaretan. Tidak kurang dari 27 orang tenaga
peneliti yang handal dari berbagai disiplin ilmu seperti pemuliaan,
agronomi, proteksi tanaman, tanah dan iklim, pengolahan hasil, dan sosial
ekonomi terintegrasi bekerja dan berusaha menghasilkan teknologi yang
bermanfaat bagi pengembangan perkebunan karet. Dilengkapi dengan berbagai
laboratorium, kebun percobaan, perpustakaan, stasiun klimatologi, rumah
kaca yang memadai.
Berdasarkan kronologis berdirinya
Balai Penelitian Sembawa dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Surat
Menteri Pertanian Republik Indonesia yang ditujukan kepada Gubernur Kepala
Daerah Propinsi Sumatera Selatan No. 210/Mentan/V/1973 tanggal 23
Mei 1973, perihal Pendirian Cabang Balai Penelitian Perkebunan Bogor di
Sumatera Selatan.;
2. Surat
Keputusan Gubernur Kepala Daerah Propinsi Sumatera Selatan No.
PD/123/1973, tanggal 28 Juli 1973 tentang Persiapan
Pendirian Cabang Balai Penelitian Perkebunan di Daerah Propinsi Sumatera
Selatan dan Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Selatan menyetujui penyerahan
penguasaan atas tanah Kebun Percobaan di Sembawa Sumatera Selatan Kepada
Departemen Pertanian c.q. Balai Penelitian Perkebunan Bogor untuk dimanfaatkan
dalam rangka pendirian Cabang Balai Penelitian Perkebunan Bogor di Propinsi
Sumatera Selatan.;
3. Surat
Keputusan Menteri Pertanian No.445/Kpts/OP/9/1973, tanggal 10
September 1973, tentang Penugasan Direktur Balai Penelitian Perkebunan
Bogor untuk Menerima Penyerahan Penguasaan Tanah Kebun Percobaan Di Sembawa
Sumatera Selatan.;
4. Surat
Gubernur Kepala Daerah Propinsi Sumatera Selatan Palembang yang ditujukan
kepada Direktur Balai Penelitian Perkebunan BogorNo.Dp-6/1566/1974, tanggal 11
Mei 1974, perihal Tanah untuk Perluasan Kebun Percobaan Sembawa.;
5. Surat
Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Selatan Palembang No.275/Kpts/I/1975, tanggal 05
Juni 1975, tentang Penggunaan Tanah Seluas 4850 Ha Di Marga Pangkalan
Balai dan Marga Rantau Bayur Daerah Tingkat II Musi Banyuasin yang diperlukan
untuk Perluasan KP. Sembawa.;
6. Surat
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 270/ HP/DA/79 tanggal 21
Desember 1979 dalam Sertifikat Tanah Hak Pakai nomor 2,
Desa Pangkalan Balai, Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Musi Banyuasin.
7. Surat
Keputusan Menteri Pertanian No.789/Kpts/Org/9/1981, tanggal 11
September 1981, tentang Pembentukan Balai Penelitian Perkebunan
Sembawa. dan peresmiannya dilaksanakan pada tanggal 18 April 1982 oleh Wakil
Presiden Republik Indonesia (Bapak H. Adam Malik).
Balai
Penelitian Perkebunan Sembawa adalah balai penelitian perkebunan milik
Pemerintah berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.
823/Kpts/KB.110/11/89, tanggal 30 Nopember 1989 dan pada tanggal 17
Februari 2009 diperbaharui dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.
785/Kpts/PD.300/2/2009 tentang Pengelolaan Balai/Penelitian Perkebunan
dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen
Pertanian.
Dengan
terbentuknya Asosiasi Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Indonesia (AP3I)
vide akta notaris Ny. Subagio Reksodipuro, SH No. 50 tanggal 24 Nopember 1987.
maka koordinasi dan pengelolaan kegiatan penelitian Balai Penelitian
Perkebunan Sembawa dilakukan oleh AP31. Kemudian berdasarkan Surat
Keputusan No. 222/SPP/89 tanggal 3 Juli 1989 nama Balai Penelitian Perkebunan
Sembawa diubah menjadi Pusat Penelitian Perkebunan Sembawa ( Puslitbun Sembawa
).
Sejalan
dengan konsolidasi Puslit - puslit di lingkungan AP3I pada tanggal 1 Februari
1993, melalui Surat Keputusan No. 059/93 Status Pusat Penelitian
Perkebunan Sembawa berubah menjadi Balai Penelitian Sembawa di bawah naungan
Pusat Penelitian Karet.
Balai Penelitian Sembawa berlokasi
di tengah-tengah sentra perkebunan karet rakyat, berjarak 29 km sebelah barat
kota Palembang dan 19 km dari Pelabuhan Udara Sultan Mahmud Badaruddin II
Palembang. Secara Administratif termasuk daerah Kabupaten Banyuasin,
Provinsi Sumatera Selatan.
Visi & Misi Balai Penelitian
Sembawa :
Sebagaimana telah dirumuskan dalam Rencana Strategis (Renstra) Periode
2005-2009, Balai Penelitian Sembawa, Pusat Penelitian Karet
menetapkan
Visi :
Menjadi lembaga penelitian, pengembangan dan pelayanan yang terkemuka,
mandiri dan berperan aktif dalam mewujudkan usaha agribisnis karet nasional
yang berdaya saing tinggi, mensejahterakan, berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan.
Misi :
v Menghasilkan inovasi, merekayasa dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang diperlukan bagi pengembangan sistem dan usaha
agribisnis karet untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan nasional;
v memasyarakatkan
secara intensif inovasi teknologi hasil penelitian kepada pengguna;
v mendorong
peningkatan kinerja industri berbasis karet di dalam negeri, melalui introduksi
inovasi teknologi serta pelayanan yang proaktif;
v mendorong
terciptanya industri berbasis karet yang ramah lingkungan guna mempertahankan
kelestarian agroindustri;melakukan upaya-upaya yang mengarah pada kemandirian
institusi secara finansial melalui kegiatan usaha yang berbasis pada
Tugas pokok dan fungsi Balai
Penelitian Sembawa:
Dalam
pelaksanaannya Balai Penelitian Sembawa mempunyai tugas pokok dan fungsi
(tupoksi) sebagai berikut :
Ø Melaksanakan kegiatan
penelitian untuk menghasilkan teknologi karet meliputi prapanen, pasca panen
dan sosial ekonomi;
Ø Melaksanakan pelayanan
dan jasa hasil penelitian;
Ø Melaksanakan kegiatan
alih teknologi.
1.2 Tujuan
Praktikum
Adapun tujuan
praktikum lapangan ke Balai Penelitian Sembawa ini adalah untuk mengaplikasikan
dan melihat secara langsung perkembangan tanaman karet (Hevea brassiliensis) yang telah didapat selama perkuliahan dan juga
untuk melihat dan mengetahui lebih jauh tentang teknik okulasi tanaman karet.
1.3 Manfaat Praktikum
Manfaat yang diharapkan dari praktikum adalah
sebagai informasi dan pelatihan bagi mahasiswa yaitu bagaimana mahasiswa dapat
mengaplikasikan teori yang didapat saat kuliah dengan keadaan yang sesungguhnya
dilapangan, serta memberikan gambaran bagaimana proses budidaya dan teknik okulasi
tanaman karet bagi mahasiswa Fakultas
Pertanian Universitas Jambi.
1.4 Waktu dan Tempat
Praktikum ini
dilaksanakan pada :
Hari : Rabu
Tanggal : 13 Juli 2011
Waktu : 10.00 – 14.00 WIB
Tempat : Balai Penelitian Sembawa Sumatera
Selatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, baik sebagai
sumber pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, pendorong pertumbuhan ekonomi
sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet maupun pelestarian
lingkungan dan sumberdaya hayati. Namun sebagai negara dengan luas areal
terbesar dan produksi kedua terbesar dunia, Indonesia masih menghadapi beberapa
kendala, yaitu rendahnya produktivitas, terutama karet rakyat yang merupakan
mayoritas (91%) areal karet nasional dan ragam produk olahan yang masih
terbatas, yang didominasi oleh karet remah (crumb rubber).
Tujuan pengembangan karet ke depan adalah mempercepat peremajaan
karet rakyat dengan menggunakan klon unggul, mengembangkan industri hilir untuk
meningkatkan nilai tambah, dan meningkatkan pendapatan petani. Sasaran jangka
panjang (2025) adalah: (a) Produksi karet mencapai 3,5-4 juta ton yang 25% di
antaranya untuk industri dalam negeri; (b) Produktivitas meningkat menjadi
1.200-1.500 kg/ha/th dan hasil kayu minimal 300 3 m /ha/siklus; (c) Penggunaan
klon unggul (85%); (d) Pendapatan petani menjadi US$ 2.000/KK/th dengan tingkat
harga 80% dari harga FOB; dan (e) Berkembangnya industri hilir berbasis karet.
Sasaran jangka menengah (2005-2009) adalah: (a) Produksi karet mencapai 2,3
juta ton yang 10% di antaranya untuk industri dalam negeri; (b) Produktivitas
meningkat menjadi 800 kg/ha/th dan hasil kayu minimal 3 300 m /ha/siklus; (c)
Penggunaan klon unggul (55%); (d) Pendapatan petani menjadi US$ 1.500/KK/th
dengan tingkat harga 75% dari harga FOB; dan (e) Berkembangnya industri hilir
berbasis karet di sentrasentra produksi karet.
Karet cukup baik dikembangankan di daerah lahan kering
beriklim basah. Tanaman karet memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan
komoditas lainnya, yaitu: dapat tumbuh pada berbagai kondisi dan jenis lahan,
serta masih mampu dipanen hasilnya meskipun pada tanah yang tidak subur, Mampu
membentuk ekologi hutan, yang pada umumnya terdapat pada daerah lahan kering
beriklim basah, sehingga karet cukup baik untuk menanggulangi lahan kritis,
Dapat memberikan pendapatan harian bagi petani yang mengusahakannya, dan
Memiliki prospek harga yang cukup baik, karena kebutuhan karet dunia semakin
meningkat setelah China membuka pasar baru bagi karet Indonesia.
Prospek
agribisnis karet diprediksi oleh para ahli akan semakin menjanjikan di masa
yang akan datang. Peningkatan harga karet alam di pasaran dunia terjadi karena
adanya defisit suplai karet alam dibanding permintaan yang terus meningkat
tajam disertai tingginya harga bahan baku karet sintetis yang merupakan barang
substitusi karet alam akibat tingginya harga minyak mentah dunia (Anwar, 2006).
Negara-negara seperti Amerika Serikat, Eropa, Jepang, dan China merupakan
contoh konsumen besar karet alam. Defisit suplai karet alam dunia salah satunya
disebabkan oleh rendahnya produktivitas tanaman karet. Usaha-usaha yang dapat
ditempuh untuk meningkatkan produktivitas tanaman di antanya adalah penggunaan
bahan tanam unggul dan penerapan sistem eksploitasi yang tepat. Selain kedua
faktor tersebut, faktor lain yang memiliki pengaruh signifikan terhadap
produktivitas adalah pemeliharaan tanaman baik pada fase betum menghasilkan
(TBM) maupun fase menghasilkan (TM).
Produktivitas
tanaman karet sangat ditentukan oleh kapasitas produksi tanaman dan hamparan,
sedangkan kapasitas produksi secara langsung dipengaruhi oleh tingkat
pemeliharaan tanaman. Oleh sebab itu, pemeliharaan memegang peranan penting
dalam peningkatan produktivitas tanaman. Seperti halnya tanaman perkebunan pada
umumnya, tanaman karet memerlukan tindakan pemeliharaan secara agronomis untuk
menunjang pertumbuhan dan perkembangannya. Tanaman karet yang tidak dipelihara
dengan baik akan menghasilkan tanaman karet yang heterogen sehingga
produktivitas areal menjadi rendah. Di samping itu, tanaman juga mengalami
hambatan pertumbuhan dan perkembangan sehingga matang sadap dicapai dalam waktu
yang lebih lama. Pemeliharaan tanaman yang baik hendaknya dilakukan sejak
pertama kali tanaman dipindah ke lapangan.
Karet merupakan komoditas unggulan Provinsi Jambi. Dari tahun
ke tahun terjadi peningkatan luasdan jumlah petani yang berusaha pada komoditas
ini. Luas perkebunan karet rakyat di Provinsi Jambi 557.042 hektar dengan
produksi229.900 ton.Dari luasan tersebut 105.566 hekter merupakan tanaman belum
menghasilkan (TBM), 330.820 hektar tanaman menghasilkan (TM) dan 130.656 hektar
tanaman tua (TT) (Disbun Provinsi Jambi, 2005). Jumlah petani yang
menggantungkan hidupnya dari usahatani tanaman karet juga mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun. Tercatat pada tahun 1988 jumlah petani yang berusahatani
tanaman karet sebanyak 181.074 KK (BPS Provinsi Jambi, 1999) dan pada tahun
2003 meningkat menjadi 190.133 KK (Rosyid et al., 2004). Sumbangan
devisa sektor perkebunan karet mencapai lebih dari tiga miliar per tahun dan
cendrung akan meningkat pada tahun berikutnya.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil yang diperoleh dari praktikum
ini adalah berupa materi - materi
tentang Balai Penelitian Sembawa,
perkembangan tanaman karet (Hevea
brassiliensis) dan teknik okulasi tanaman karet.
Fasilitas Balai Penelitian Sembawa :
1. Kebun
Percobaan
Balai Penelitian Sembawa mempunyai
areal kebun percobaan di Sembawa, Kabupaten Banyuasin seluas 3.350 hektar
(Sertifikat Tanah Hak Pakai No. 2 / Pangkalan Balai tahun 1979) dan unit kebun
percobaan di Batumarta, Kabupaten Ogan Komering Ulu, dengan luas 146.35 hektar
(Sertifikat Tanah Hak Pakai No. 01 / Ogan Komering Ulu tahun 2003). Areal Kebun
Percobaan Sembawa sebagian besar didominasi jenis tanah podsolik merah kuning
dengan elevasi 0 – 10 meter dari permukaan laut (dpl). Beriklim basah
klas A (Koppen), dengan rata-rata curah hujan 2.200 mm dan mempunyai dua bulan
kering, Juli dan Agustus setiap tahunnya. Suhu udara maksimum adalah 32° C. dan suhu minimum 22° C, dengan kelembapan
lebih dari 80 % sepanjang tahun.
2. Laboratorium
Analisis dan pengujian teknis dapat
dilakukan di Laboratorium Balai Penelitian Sembawa. Jenis analisis yang
dapat dilakukan meliputi: analisis tanah, analisis jaringan tanaman,
analisis lateks, dan analisis bekuan. Saat ini ada empat laboratorium
yang dimiliki oleh Balai Penelitian Sembawa untuk mendukung kegiatan penelitian
maupun untuk jasa pelayanan terhadap para pengguna. Keempat laboratorium
tersebut adalah : Laboratorium Tanah dan Pemupukan, Laboratorium Fisiologi
Tanaman, Laboratorium Hama dan Penyakit, dan Laboratorium Teknologi.
Kegiatan yang dilakukan di Laboratorium Tanah dan
Pemupukan meliputi analisis tanah, analisis daun/tanaman, analisis pupuk,
pengukuran kadar proline pada daun, dan pengukuran kadar sukrosa pada lateks.
Kegiatan yang dilakukan di Laboratorium Teknologi meliputi analisis lateks dan
bekuan, antara lain kadar karet kering (KKK), kandungan jumlah padatan (KJP),
kandungan amoniak, mutu spesifikasi teknis (khusus untuk bekuan)
dan kalibrasi alat metrolaks (alat untuk menentukan kadar karet kering lateks).
Kegiatan-kegiatan yang sedang dikerjakan di Laboratorium Fisiologi saat ini
meliputi analisa lateks (analisa kadar Thiol, Pi, Sukrosa, dan KKK), serta
analisis genetik. Kegiatan yang dilakukan di Laboratorium Proteksi Balai
Penelitian Sembawa meliputi pembuatan media isolasi untuk jamur dan bakteri, isolasi
jamur dan bakteri, identifikasi jamur dan bakteri, pemurnian isolat, inokulasi
isolat jamur pada tanaman, pengawetan isolat, dan melayani identifikasi patogen
penyakit karet
3. Rumah Kaca
Rumah Kaca Didirikan tahun 1981 dengan luas 216
m2.
4. Stasiun
Klimatologi
Didirikan tahun 1983 dengan luas 400 m2. Dilengkapi dengan alat
penakar curah hujan (Ombrometer tipe Observatorium dan Hellman), alat pengukur
evaporasi (Panci Kelas A), termometer pengukur suhu tanah (kedalaman 20, 50,
dan 100 cm), Sangkar Meteorologi, alat pengkur lama penyinaran (Campbell-Stokes),
alat pengukur intensitas radiasi matahari (Actinograf dan Quantum
meter), Alat Pengukur Kecepatan Angin (Cup Anemometer).
5.Perpustakaan
Koleksi Perpustakaan Balai Penelitian Sembawa sampai akhir bulan
Desember 2008 meliputi : buku sebanyak 3.552 judul (3.591 eksemplar), majalah
619 judul (20.692 eksemplar), brosur 1.486 judul (1.797 eksemplar), dan leaflet
1.236 judul (1.944 eksemplar). Diolah berdasarkan sistem AACR II (Anglo
American Cataloging Rules Edisi II) untuk mendeskripsikan dokumen (bahan
pustaka buku), dan UDC (Universal Decimal Classifications) untuk notasi
pengklasan subjek terkait. Untuk memudahkan penelusuran dan sistem temu kembali
informasi dalam memberikan pelayanan pada pengguna, perpustakaan menyimpan dan
mengolah data kepustakaan di komputer dengan perangkat lunak CDS/ISIS versi
3.0.
Data yang dapat diakses melalui CDS/ISIS ini berjumlah: 23.100 entri
data yang bersumber dari buku, artikel majalah, dokumen intern, dan artikel
prosiding/pertemuan teknis, workshop. Walaupun demikian disadari bahwa koleksi
bahan pustaka sebanyak ini dirasakan kurang mencukupi, terutama koleksi jurnal
dan majalah ilmiah, karena kelengkapan dan ketersediaan literatur yang
bersumber dari jurnal ilmiah ini sangat membantu memperluas wawasan peneliti
dalam penyusunan rencana penelitiannya.
Selain itu, Perpustakaan
Balai Penelitian Sembawa juga melakukan kegiatan seperti Kliping Surat Kabar,
Scanning artikel majalah ilmiah, menyusun Indeks Artikel Majalah Pilihan, dan
membuat Daftar Buku Baru setiap tahun. Perpustakaan Balai Penelitian Sembawa
tidak hanya digunakan oleh peneliti dan karyawan, tetapi digunakan juga oleh
pengguna dari luar, terutama para mahasiswa. Pada akhir bulan Desember 2008 tercatat
4.024 pengguna, yang terdiri atas: peneliti 1.051 orang, teknisi 946 orang,
penunjang 958 orang, mahasiswa 1069 orang.
Fasilitas
Pendukung :
1. Gedung Aula
Balai Penelitian Sembawa
Didirikan tahun
2007 dengan luas 609 m2 berkapasitas 200 orang lebih dan dilengkapi dengan
fasilitas AC dan sound system yang memadai.
2. Pesanggrahan
Mess
Senior
Didirikan tahun
1981 dengan luas 500 m2, kapasitas 7 kamar (1 ruangan single bed besar dan 6
kamar double bed), dan dilengkapi dengan fasilitas AC.
Mess
Yunior
Didirikan tahun
1981 dengan luas 450 m2, kapasitas 8 kamar (double bed), dan dilengkapi
dengan fasilitas AC.
Guest
House
Didirikan tahun
2007 dengan luas 90 m2, kapasitas 3 kamar (double bed), dan dilengkapi
dengan fasilitas AC.
Asrama
Didirikan tahun
1985 dengan luas 283 m2, kapasitas 12 kamar (triple bed) non AC (kipas angin).
Ruang
Kelas
Didirikan tahun
1985 dengan luas 160 m2, kapasitas 50 orang, dan dilengkapi dengan fasilitas
AC.>
3. Pendopo
Didirikan tahun
1980 dengan luas 144 m2. Kepasitas 150 orang
4. Gedung
Bulutangkis
Didirikan tahun
2007 dengan luas 258 m2.
5. Lapangan
Tenis
6. Lapangan
Basket
7. Lapangan
Basket
Didirikan pada
tahun 1995 dengan luas 407 m2.
7. Lapangan
Voli
8. Lapangan
Sepakbola Mini
9. Kolam
Pemancingan
Struktur Organisasi Balai Penelitian
Sembawa :
Balai Penelitian Sembawa merupakan salah satu dari empat Balai
Penelitian pada Pusat Penelitian Karet Lembaga Riset Perkebunan Indonesia
(LRPI). Kepala Balai Penelitian dibantu oleh Koordinator Penelitian, Kepala
Urusan Penelitian, Kepala Urusan Komerialisasi Hasil Penelitian, Kepala Kebun,
Kepala Urusan Tata Usaha, Manager Unit Prosesing Kecambah Sawit, serta Staf
Peneliti dan Penunjang. Setiap kegiatan penelitian dilakukan oleh tim
peneliti dengan pendekatan multi-disiplin yang terdiri atas pemuliaan,
agronomi, proteksi tanaman, tanah dan iklim, usahatani, penyadapan, pengolahan,
dan sosial ekonomi.
Struktur
Organisasi Balai Penelitian Sembawa adalah sebagai berikut :
Sumber Daya
Manusia Balai Penelitian Sembawa :
Dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya Balai Penelitian Sembawa didukung oleh tenaga peneliti sebanyak 27
orang dan teknisi 9 orang. Tenaga pendukung (administrasi, perpustakaan,
laboratorium, rumah kaca, dan kebun) sebanyak 633 orang, sehingga jumlah
karyawan di Balai Penelitian Sembawa berjumlah 665 orang. Pendidikan dari
ke-27 orang peneliti Balai Penelitian Sembawa tersebut antara lain 8 orang S3
(Doktor), 12 orang S2 (Master), 6 orang S1, dan 1 Orang sarjana muda.
Dari 27 tenaga peneliti yang telah mendapatkan jenjang fungsional peneliti
terdiri dari 8 Orang Peneliti Utama, 3 orang Peneliti Madya, 2 orang Peneliti
Muda, 4 orang Peneliti Pertama, 5 orang Peneliti Nonklas, dan 1 orang Calon
Peneliti.
Ir. H. M. Solichin, MS
Peneliti Utama
irri-sbw@mdp.net.id
1980 - 1987 Staf Peneliti dan Pengembangan Bagian Hasil di Lembaga Tabung Getah Sabah, Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia, 1988 - sekarang, Staf Peneliti Pasca Panen di Balai Penelitian Sembawa, Pusat Penelitian Karet
Peneliti Utama
irri-sbw@mdp.net.id
1980 - 1987 Staf Peneliti dan Pengembangan Bagian Hasil di Lembaga Tabung Getah Sabah, Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia, 1988 - sekarang, Staf Peneliti Pasca Panen di Balai Penelitian Sembawa, Pusat Penelitian Karet
Dr. Thomas Wijaya, M. Agr. Sc.
Peneliti Utama
irri-sbw@mdp.net.id
1985 - sekarang bekerja sebagai peneliti pada bagian Tanah dan Agroklimat di Balai Penelitian Sembawa, Pusat Penelitian Karet. Pernah melakukan kerjasama penelitian internasional dengan ACIAR (crop modelling), CIRAD agroclimatic zoning), ICRAF (rubber agroforestry system), dan CSIRO (climatic suitability mapping for rubber)
Eva Herlinawati, M. Sc.
Peneliti Pertama
irri-sbw@mdp.net.id
2009 - sekarang calon peneliti bidang agronomi di Balai Penelitian Sembaw
Peneliti Pertama
irri-sbw@mdp.net.id
2009 - sekarang calon peneliti bidang agronomi di Balai Penelitian Sembaw
Risal Ardika,
S. P.
Peneliti Pertama
irri-sbw@mdp.net.id
2007 - sekarang, Peneliti Tanah dan Pemupukan, Balai Penelitian Sembawa, Pusat Penelitian Karet
Peneliti Pertama
irri-sbw@mdp.net.id
2007 - sekarang, Peneliti Tanah dan Pemupukan, Balai Penelitian Sembawa, Pusat Penelitian Karet
Fetrina
Oktavia, M.Si.
Peneliti Pertama
Penanggung Jawab Laboratorium Fisiologi
irri-sbw@mdp.net.id
2006 - sekarang sebagai peneliti bidang pemuliaan tanaman di Balai Penelitian Sembawa, Pusat Penelitian Karet Indonesia
Peneliti Pertama
Penanggung Jawab Laboratorium Fisiologi
irri-sbw@mdp.net.id
2006 - sekarang sebagai peneliti bidang pemuliaan tanaman di Balai Penelitian Sembawa, Pusat Penelitian Karet Indonesia
KLON ANJURAN
Rekomendasi Klon Karet
Unggul Periode 2010 -2014
Klon
unggul baru merupakan syarat utama agar komoditas karet dapat menghasilkan
produksi dengan tingkat produktivitas yang tinggi sehingga dapat menguntungkan
didalam persaingan global. Dalam upaya memperoleh klonklon unggul, para
peneliti dan pemulia tanaman terus menerus melakukan penelitian untuk
menghasilkan klon karet unggul baik penghasil lateks, maupun lateks-kayu. Balai
Penelitian Karet Sembawa telah menghasilkan klon-klon karet ungul yang
direkomendasikan untuk periode tahun 2010-2014. Sistem rekomendasi disesuaikan
dengan Undang-Undang No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman yang
menyebutkan bahwa klon/varietas yang dapat disebarluaskan kepada pengguna harus
berupa benih bina. Klon anjuran komersial dikelompokkan menjadi dua kelompok
yaitu kelompok klon penghasil lateks dan penghasil lateks-kayu, yaitu :
• Klon Penghasil Lateks :
IRR 104, IRR 112, IRR 118, IRR 220, BPM 24, PB 260, PB 330, dan PB 340.
• Klon Penghasil Lateks-Kayu :
RRIC 100, IRR 5, IRR 39, IRR 42, IRR 107, dan IRR 119.
Sedangkan benih anjuran untuk batang
bawah sebagai berikut :
• Benih Anjuran untuk Batang Bawah :
AVROS 2037, GT 1, BPM 24, PB 260, RRIC 100, dan PB 330.
POTENSI PRODUKSI
Data
potensi produksi lateks merupakan rata-rata produksi tahunan selama 5 – 15
tahun sadap. Potensi ini merupakan hasil pengamatan pada plot percobaan dengan
pengelolaan yang dilakukan sesuai standar dan penyadapan dilakukan dengan
sistem s/2 d/3 selama dua tahun pertama dan diikuti dengan s/2 d/2 tanpa
menggunakan stimulan.
TANAMAN SELA
Tanaman karet dapat ditumpang sarikan dengan tanaman berikut :
-Karet dengan jagung
-Karet dengan cabe
-Karet dengan padi
-Karet dengan pisang dan nenas
-Karet dengan jati
BUDIDAYA TANAMAN KARET
Pembibitan
Komponen bahan tanaman karet adalah :
-
Ketersediaan mata entres ( kebun entreas)
-
Ketersediaan biji ( batang bawah )
-
Ketersediaan tenaga okulator
Perbanyakan
tanaman karet dapat dilakukan secara generatif maupun vegetatif. Namun
demikian, cara perbanyakan yang lebih menguntungkan adalah secara vegetatif
yaitu dengan okulasi tanaman. Okulasi sebaiknya dilaksanakan pada awal atau
akhir musim hujan dengan tahapan sbb:
- Buatlah jendela pada batang bawah dengan ukuran panjang 5 cm dan
lebar
1/2 - 3/4 cm.
1/2 - 3/4 cm.
- Buatlah perisai pada entres dengan ukuran lebih kecil dari jendela
dan mata diambil dari ketiak daun.
- Bukalah jendela pada batang bawah kemudian selipkan perisai
diantara kulit
jendela dan kambium
jendela dan kambium
- Tutuplah kulit jendela kemudian dibalut dengan rafia atau pita
plastik yang
tebalnya 0,04 mm.
tebalnya 0,04 mm.
- 2 minggu setelah penempelan, penbalut dibuka dan periksalah
perisai.
- Potonglah batang bawah pada ketinggian 10 cm diatas tempelan
dengan
arah pemotongan miring.
arah pemotongan miring.
Klon-klon yang dianjurkan
sebagai bibit batang bawah adalah:
AVROS 2037, PR 350, PB
260, BPM 24, RRIC 100, PB 330, GTI, LCB 1320 dan PR
228.
Sifat yang diharapkan
adalah cepat tumbuh, daya gabung, kemampuan berbuah, tahan hama penyakit daun,
mudah di okulasi, akarnya kuat.
Pembukaan lahan (Land Clearing)
Lahan
tempat tumbuh tanaman karet harus bersih dari sisa-sisa tumbuhan hasil tebas tebang,
sehingga jadwal pembukaan lahan harus disesuaikan dengan jadwal penanaman. Kegiatan
pembukaan lahan ini meliputi : (a) pembabatan semak belukar, (b) penebangan pohon,
(c) perecanaan dan pemangkasan, (d) pendongkelan akar kayu, (e) penumpukan dan
pembersihan. Seiring dengan
pembukaan lahan ini dilakukan penataan lahan dalam blokblok, penataan
jalan-jalan kebun, dan penataan saluran drainase dalam perkebunan.
a. Penataan blok-blok.
Lahan
kebun plasma dipetak-petak menurut satuan terkecil antara lain 2 hektar untuk
setiap KK peserta plasma, dan
kemudian ditata ke dalam blok-blok berukuran 400m x 400m, sehingga setiap blok
dikuasai oleh 8 KK petani. Setiap 4 blok disatukan menjadi satu kelompok tani
sehamparan yang terdiri dari 32 KK petani.
b. Penataan Jalan-jalan
Jaringan
jalan di dalam kebun plasma harus ditata dan dilaksanakan pada waktu pembangunan
tanaman baru (tahun 0) dan dikaitkan dengan penataan lahan ke dalam blok-blok
tanaman. Pembangunan jalan di areal datar dan berbukit dengan pedoman dapat
menjangkau setiap areal terkecil, dengan jarak pikul maksimal sejauh 200m. Sedapatkan
mungkin seluruh jaringan ditumpukkan/disambungkan, sehingga secara keseluruhan
merupakan suatu pola jaringan jalan yang efektif. Lebar jalan disesuaikan dengan
jenis/kelas jalan dan alat angkut yang akan digunakan.
c. Penataan Saluran Drainase
Setelah pemancangan jarak tanam
selesai, maka pembuatan dan penataan saluran drainase (field drain)
dilaksanakan. Luas penampang disesuaikan dengan curah hujan pada satuan waktu
tertentu, dan mempertimbangkan faktor peresapan dan penguapan. Seluruh
kelebihan air pada field drain dialirkan pada parit-parit penampungan untuk selanjutnya
dialirkan ke saluran pembuangan (outlet drain).
PENANAMAN
Persiapan Lahan Penanaman
Dalam mempersiapkan lahan pertanaman karet juga diperlukan
pelaksanaan berbagai
kegiatan yang
secara sistematis dapat menjamin kualitas lahan yang sesuai dengan persyaratan.
Beberapa diantara langkah tersebut antara lain :
a. Pemberantasan
Alang-alang, Ilalang dan Gulma lainnya
Pada lahan yang telah selesai tebas tebang dan lahan lain
yang mempunyai vegetasi alang-alang, dilakukan pemberantasan alang-alang dengan
menggunakan bahan kimia antara lain Round up, Scoup, Dowpon atau Dalapon.
Kegiatan ini kemudian diikuti dengan pemberantasan gulma lainnya, baik secara
kimia (Ally) maupun secara mekanis.
b. Pengolahan
Tanah
Dengan tujuan efisiensi biaya, pengolahan lahan untuk
pertanaman karet dapat dilaksanakan dengan sistem minimum tillage, yakni dengan
membuat larikan antara barisan satu meter dengan cara mencangkul selebar 20cm.
Namun demikian pengolahan tanah secara mekanis untuk lahan tertentu dapat
dipertimbangkan dengan tetap menjaga kelestarian dan kesuburan tanah.
c. Pembuatan
ters/Petakan dan Benteng/Piket
Pada areal lahan yang memiliki kemiringan lebih dari 50
diperlukan pembuatan teras/petakan dengan sistem kontur dan kemiringan ke dalam
sekitar 150. Hal ini dimaksudkan untuk menghambat kemungkinan terjadi erosi
oleh air hujan. Lebar teras berkisar antara 1,25 sampai 1,50 cm, tergantung
pada derajat kemiringan lahan. Untuk setiap 6-10 pohon (tergantung derajat
kemiringan tanah) dibuat benteng/piket dengan tujuan mencegah erosi pada
permukaan petakan.
d. Pengajiran
- Pada dasarnya
pemancangan air adalah untuk menerai tempat lubang tanaman dengan
ketentuan jarak tanaman sebagai berikut :
- Pada areal lahan yang relatif datar / landai (kemiringan antara 00
- 80) jarak tanam adalah 7m x 3m (= 476 lubang/hektar) berbentuk barisan lurus
mengikuti arah Timur - Barat berjarak 7m dan arah Utara - Selatan berjarak 3m.
- Pada areal lahan bergelombang atau berbukit (kemiringan 8%-15%)
jarak tanam 8m x 2,5m (=500 lubang/ha) pada teras-teras yang diatur bersambung
setiap 1,25m (penanaman secara kontur).
Bahan ajir dapat
menggunakan potongan bambu tipis dengan ukuran 20cm sampai 30cm. Pada setiap
titik pemancangan ajir tersebut merupakan tempat penggalian lubang untuk
tanaman.
e. Pelubang
Ukuran lubang untuk tanaman dibuat 60cm x 60cm bagian atas,
dan 40cm x 40cm
bagian dasar
dengan kedalaman 60cm. Pada waktu melubang, tanah bagian atas (top soil) diletakkan
di sebelah kiri dan tanah bagian bawah (sub soil) diletakkan di sebelah kanan. Lubang
tanaman dibiarkan selama 1 bulan sebelum bibit karet ditanam.
f. Penanaman
Kacangan Penutup Tanah (Legume cover crops = LCC)
Penanaman kacangan penutup tanah ini dilakukan sebelum
bibit karet mulai ditanam dengan tujuan untuk menghindari kemungkinan erosi,
memperbaiki struktur fisik dan kimia tanah, mengurangi pengupan air, serta
untuk membatasi pertumbuhan gulma. Komposisi LCC untuk setiap hektar lahan
adalah 4kg. Pueraria javanica, 6kg Colopogonium mucunoides, dan 4kg Centrosema
pubescens, yang dicampur ke dalam 5 kg rock Phosphate (RP) sebagai media.
Selain itu juga dianjurkan untuk menyisipkan Colopogonium caerulem yang tahan
naungan (shade resistence) ex biji atau ex steck dalam polibag kecil sebanyak
1.000 bibit/ha. Tanaman kacangan dipelihara dengan melakukan penyiangan, dan
pemupukan dengan 200 kg RP per hektar, dengan cara menyebar rata di atas
tanaman kacangan.
Seleksi dan Penanaman Bibit
a. Seleksi bibit
Sebelum bibit ditanam, terlebih dahulu dilakukan seleksi
bibit untuk memperoleh bahan tanam yang memeliki sifat-sifat umum yang baik
antara lain : berproduksi tinggi, responsif terhadap stimulasi hasil, resitensi
terhadap serangan hama dan penyakit daun dan kulit, serta pemulihan luka kulit
yang baik. Beberapa syarat yang harus dipenuhi bibit siap tanam adalah antara
lain :
-
Bibit karet di polybag yang sudah
berpayung dua.
-
Mata okulasi benar-benar baik dan
telah mulai bertunas
-
Akar tunggang tumbuh baik dan
mempunyai akar lateral
-
Bebas dari penyakit jamur
akar (wws).
b. Kebutuhan
bibit
Dengan jarak tanam 7 m x 3 m (untuk tanah landai),
diperlukan bibit tanaman karet
untuk penanaman
sebanyak 476 bibit, dan cadangan untuk penyulaman sebanyak 47 (10%) sehingga
untuk setiap hektar kebun plasma diperlukan sebanyak 523 batang bibit karet.
c. Penanaman
Pada umumnya penanaman karet di lapangan dilaksanakan pada
musim penghujan yakni antara bulan September sampai Desember dimana curah hujan
sudah cukup banyak, dan hari hujan telah lebih dari 100 hari. Pada saat
penanaman, tanah penutup lubang dipergunakan top soil yang telah dicampur
dengan pupuk RP 100 gram per lubang, disamping pemupukan dengan urea 50 gram
dan SP - 36 sebesar 100 gram sebagai pupuk dasar.
Pemeliharaan
Tanaman
Pemeliharaan yang umum dilakukan pada perkebunan tanaman
karet meliputi
pemberantasan
gulma, pemupukan dan pemberantasan hama dan penyakit tanaman.
a. Penyiangan
gulma
Areal pertanaman karet, baik tanaman belum menghasilkan
(TBM) maupun tanaman sudah menghasilkan (TM) harus bebas dari gulma seperti
alang-alang, Mikania, Eupatorium, dll sehingga tanaman dapat tumbuh dengan
baik. Untuk mencapai bal tersebut, penyiangan pada tahun pertama dilakukan
dengan rotasi 2x sebulan, sedangkan pada tahun ke dua hingga mencapai matang
sadap, rotasi penyiangan dilakukan 1 x sebulan.
b. Program
pemupukan
Selain pupuk dasar yang telah diberikan pada saat
penanaman, program pemupukan
secara
berkelanjutan pada tanaman karet harus dilakukan dengan dosis yang seimbang dua
kali pemberian dalam setahun. Jadwal pemupukan pada semeseter I yakni pada Januari/Februari
dan pada semester II yaitu Juli/Agustus. Seminggu sebelum pemupukan, gawangan
lebih dahulu digaru dan piringan tanaman dibersihkan. Pemberian SP-36 biasanya
dilakukan dua minggu lebih dahulu dari Urea dan KCl.
c. Pemberantasan
Hama dan Penyakit
Pada umumnya hama utama tanaman karet adalah rayap
(Coptotermes sp), yang dapat
diberantas
dengan menggunakan Chlordane 8 EC atau Basudin 6 0 EC dengan konsentrasi 0,3%.
Sementara itu hama Kuuk (Exopholis hypoleuca) dapat diberantas dengan Basudin 10
G. Penyakit tanaman karet yang umum ditemukan pada perkebunan antara lain :
-
Cendawan akar merah (Ganoderma
pseudoferrum) dapat diberantas dengan collar
protectant.
-
Penyakit daun Gloesporium pada TBM,
dapat diberantas penyemprotan larutan KOC,
misalnya Cabak dengan konsentrasi
0,1% atau Daconil 75 wp dengan konsentrasi 0,1
sampai 0,2%. Sementara itu, jika menyerang TM, dapat diberantas dengan system fogging menggunakan Daconil atau
fungisida lainnya.
-
Cendawan akar putih (Rigidonporus
lignosus), dapat diberantas dengan Fomac 2 atau
Shell Collar Protectant atau Calixin Collar Protectant.
-
Penyakit jamur upas (Corticum
salmonikolor) dapat diberantas dengan Calixin Ready
Mix 2%.
-
Penyakit bidang sadapan Mouldyrot
dapat diberantas dengan Benlate konsentrasi 0,1 -
0,2% atau Difolan 4F konsentrasi 1 -
2%.
-
Penyakit bidang sadapan kanker
garis (Phytophora palmivora) diberantas dengan
Difolatan 4 F konsentrasi 2 - 4%.
Jenis
okulasi
Teknik
|
Umur Batang
Bawah
|
Umur dan Warna
Entres
|
Dini
|
2-3 bulan
|
3-4 minggu,
hijau muda
|
Hijau
|
4-6 bulan
|
3-4 bulan ,
hijau
|
Cokelat
|
8-18 bulan
|
1-2 tahun,
cokelat
|
Tahapan Okulasi
berupa persiapan dan kesiapan :
Bahan okulasi
berupa :
Ø Batu asa dan pisau
Ø Plastic okulasi
Pada
dasarnya tanaman karet memerlukan persyaratan terhadap kondisi iklim untuk
menunjang pertumbuhan dan keadaan tanah sebagai media tumbuhnya. Adapun syarat
tumbuh tanaman karet adalah sebagai berikut:
A. Iklim
Daerah
yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 15°C LS dan 15°LU.
Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai
produksinya juga terlambat. Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara
2.500 mm sampai 4.000 mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150
HH/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan
berkurang. Suhu optimal diperlukan berkisar antara 25°C sampai 35°C.
Pada
dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200
m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet. Kecepatan angin yang terlalu
kencang pada umumnya kurang baik untuk
penanaman karet.
B. Tanah
Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya
lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal
ini disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman
karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat
fisiknya. Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarattumbuh tanaman karet
baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m.
Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik
terutama struktur, tekstur, sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya,
tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah.
Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase
dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3, 0 - pH 8,0 tetapi
tidak sesuai pada pH, 3,0 dan > pH 8,0. Sifat-sifat tanah yang cocok untuk
tanaman karet pada umumnya antara lain:
v Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan
cadas
v Aerase dan drainase cukup
v Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air
v Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir
v Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm
v Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro
v Reaksi tanah dengan pH 4,5 - pH 6,5
v Kemiringan tanah < 16% dan
v Permukaan air tanah < 100 cm
Dalam
pelaksanaan budidaya tanaman karet diperlukan berbagai langkah yang dilakukan
secara sistematis mulai dari pembukaan lahan sampai dengan pemanenan.
5. Penyadapan
Tanaman Karet
Produksi lateks dari tanaman karet disamping ditentukan
oleh keadaan tanah dan pertumbuhan tanaman, klon unggul, juga dipengaruhi oleh
teknik dan manajemen penyadapan. Apabila ketiga kriteria tersebut dapat
terpenuhi, maka diharapkan tanaman karet pada umur 5 - 6 tahun telah memenuhi
kriteria matang sadap. Kriteria matang sadap antara lain apabila keliling lilit
batang pada ketinggian 130 cm dari permukaan tanah telah mencapai minimum 50
cm. Jika 60% dari populasi tanaman telah memenuhi criteria tersebut, maka areal
pertanaman sudah siap dipanen.
Deorub K Pembeku Lateks dan Pencegah Timbulnya Bau
Busuk Karet
Masalah
utama yang terjadi yang terjadi dalam bokar (bahan olah karet) yang dihasilkan oleh
petani karet untuk diolah menjadi karet remah jenis SIR 20 adalah mutu bokar yang
rendah dan bau busuk yang menyengat sejak dari kebun. Mutu bokar yang rendah
disebabkan petani menggunakan bahan pembeku lateks (getah karet) yang tidak
dianjurkan dan merendam bokar di dalam kolam/sungai selama 7-14 hari. Hal ini
akan memacu berkembangnya bakteri perusak antioksidan alami di dalam bokar,
sehingga nilai plastisitas awal (Po) dan plastisitas setelah dipanaskan selama
30 menit pada suhu 140 oC (PRI) menjadi rendah.
Bau busuk menyengat terjadi juga karena
pertumbuhan bakteri pembusuk yang melakukan biodegradasi protein di dalam bokar
menjadi amonia dan sulfida. Kedua hal tersebut terjadi karena bahan pembeku lateks
yang digunakan saat ini tidak dapat mencegah pertumbuhan bakteri. Kemudian bau
busuk tersebut di bawa terus sampai ke pabrik karet remah dan di pabrik yang menjadi
sumber bau busuk tersebut adalah berasal dari tempat penyimpanan bokar, kamar
gantung angin (pre drying room), dan mesin pengering (dryer).
Masalah
bau busuk yang mencemari udara di sekitar pabrik karet remah ini sampai saat ini
sangat sulit diatasi walaupun semua pabrik sudah menggunakan scrubber (cerobong
asap), padahal disekeliling pabrik sudah menjadi kawasan perumahan.
Pada
akhirnya bau busuk ini menimbulkan keluhan-keluhan masyarakat disekeliling pabrik
atau bahkan yang jauh dari pabrik (bau terbawa oleh angin). Sedangkan masalah nilai
plastisitas (Po dan PRI) yang rendah dapat diatasi oleh pabrik karet remah
dengan proses penggantungan angin selama 7-14 hari, walaupun hal ini akan
menyebabkan waktu pengolahan meningkat karena terhentinya perputaran modal
dalam jumlah besar selam waktu tersebut.
Untuk
mengatasi masalah bau busuk dan mutu karet tersebut, Balai Penelitian Sembawa telah
mengembangkan dan menghasilkan formula Deorub yang disebut dengan Deorub K.
Deorub K dapat mengatasi semua masalah tersebut diatas karena mengandung senyawa-senyawa
yang dapat membekukan dengan cepat, mencegah pertumbuhan bakteri dan harganya
sebanding dengan asam semut (format).
Mutu teknis, karakteristik vullkanisasi dan
sifat fisik vulkanisat dari karet yang dibekukan dengan Deorub K adalah setara
dengan asam semut. Deorub K merupakan pengembangan dari Deorub yang dihasilkan
dari penelitian di Balai Penelitian Sembawa - Pusat Penelitian Karet. Deorub K
adalah cairan berwarna coklat tua dengan bau asap , pH sekitar 0,5 dan
digunakan untuk lateks yang akan dibekukan dan diolah menjadi karet remah jenis
SIR 20. Deorub K ditujukan khususnya untuk petani karet yang menghendaki
pembekuan cepat dengan harga murah, dan tidak berbau sejak dari kebun sehingga
dapat disimpan di dekat rumahnya (tidak takut dicuri orang).
Deorub K
dapat mengatasi masalah tersebut di atas karenma mengandung senyawa - senyawa yang
dapat berfungsi sebagai antibakteri, antioksidan, pembeku, dan bau asap yang
khas. Senyawa yang berfungsi sebagai antibakteri adalah fenol dan
turunannya, yang akan membunuh bakteri didalam lateks dan bekuan sehingga tidak
terjadi bau busuk. Senyawa fenol atau turunannya juga berfungsi sebagai
antioksidan yang akan melindungi molekul karet dari oksidasi pada suhu tinggi
sehingga nilai PRInya tetap tinggi. Asam-asam terutama asam asetat akan
membekukan lateks kebun dan juga berperan sebagai antibakteri. Senyawa karbonil,
fenol, alkohol dan ester kan menyebabkan warna coklat dan
akan memberikan bau asap khas pada bokar.
Jadi
fungsi dari Deorub K adalah mencegah pertumbuhan bakteri (karena adanya fenol) sehingga
tidak terjadi bau busuk. Karena bakteri ridak berkembang akibatnya adalah tidak
terjadi kerusakan antioksidan dalam bentuk protein (asam-asam amino) sehingga nilai
Po dan PRI tetap tinggi. Dengan nilai Po dan PRI tinggi tidak diperlukan penggantungan
angin (pre-drying ) akibatnya proses pengolahan lebih cepat dan biaya pengolahan
menjadi lebih murah.
Kemudian
dengan tidak terjadinya dekomposisi protein menjadi amonia dan sulfida maka
terjadi pengurangan jumlah limbah cair dalam bentuk NH3-N. Pengaruh Deorub K
terhadap pembekuan (pH larutan, pH bekuan, kecepatan bekuan, kondisi bekuan)
dan mutu teknis (Po, PRI, dan VR) antara Deorub K dan asam semut (format) tidak
terjadi perbedaan yang nyata. Perbedaan yang nyata antara Deorub K dan asam
semut adalah pada warna bekuan dan bau yaitu berwarna cokelat dipermukaan sampai
abu-abu dan berbau asap ringan.
Untuk
karakteristik vulkanisat menunjukkan bahwa torque modulus dan indeks
kecepatan masak (cure rate indeks) dari Deorub K sedikit lebih tinggi,
tetapi waktu masak (cure time) Deorub K lebih cepat sedikit dibandingkan
dengan asam semut, sedangkan waktu scroch sama. Hal ini menunjukkan bahwa
tidak terjadi perbedaan yang nyata antara Deorub K dan asam semut.
Untuk
beberapa sifat fisik vulkanisat menunjukkan bahwa kuat tarik, modulus 500% dan
perpanjangan putus dari kompon karet yang menggunakan pembeku Deorub K lebih
tinggi dibandingkan dengan asam semut sedangkan kekerasan sama. Hal ini menunjukkan
bahwa pembeku Deorub K lebih baik sedikit dibandingakn dengan asam semut.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Balai Penelitian Sembawa Terletak di
tengah-tengah perkebunan karet rakyat, sejak tahun 1982 Balai Penelitian
Sembawa menjalankan misinya untuk menghasilkan teknologi di bidang
perkaretan. Tidak kurang dari 27 orang tenaga peneliti yang handal dari
berbagai disiplin ilmu seperti pemuliaan, agronomi, proteksi tanaman,
tanah dan iklim, pengolahan hasil, dan sosial ekonomi terintegrasi
bekerja dan berusaha menghasilkan teknologi yang bermanfaat bagi pengembangan
perkebunan karet. Dilengkapi dengan berbagai laboratorium, kebun percobaan,
perpustakaan, stasiun klimatologi, rumah kaca yang memadai.
Teknik budidaya
tanaman karet yang dilakukan dibalai penelitian sembawa tidak jauh berbeda
dengan materi yang diperoleh di perkuliahan, termasuk dengan tekhnik okulasi
yang dilakukan. Hanya saja disini menggunakan tenaga ahli yang sudah terlatih,
sehingga hasil yang diperoleh bias maksimal.
4.2 Saran
Dalam praktikum lapangan sebaiknya perlu diperhatikan efektifitas dan
keefisienan dalam penyampaian materi-materi oleh narasumber, seperti dengan
membuat kelompok-kelompok kecil yang didampingi oleh seorang ahli, selain itu
perlu diperhatikan waktu dan cara penyampaian materi oleh narasumber, agar
mahasiswa bisa memperoleh informasi sesuai dengan tujuan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.icraf.org/201097765378799/Okulasi
Karet
Setiawan, D. H. dan Andoko
A., 2005. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Setyamidjaja, D., 1993. Karet,
Budidaya dan Pengolahannya. Kanisius, Yogyakarta.
Sianturi, H. S. D., 2001. Budidaya
Tanaman Kelapa Karet. USU Press, Medan.
Syamsulbahri, 1996.
Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. UGM Press, Yogyakarta.
Tim Penulis PS, 2008. Panduan
Lengkap Karet. Penebar Swadaya, Jakarta.
Widianto, I., 2000. Membuat Stek,
Cangkok dan Okulasi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar