Kamis, 03 Mei 2012


 Perhitungan Kebutuhan Pupuk

Pupuk harus diberikan sesuai dosis yang direkomendasikan. Dosis pupuk
dinyatakan dalam bentuk kg pupuk/ha atau kg hara/ha. Kebutuhan pupuk sangat
tergantung dari luas pertanaman yang akan dipupuk, dosis pupuk, dan kandungan
hara dalam pupuk. Berikut adalah contoh-contoh perhitungan kebutuhan pupuk,
khususnya pupuk anorganik:

Contoh 1.
Pada percobaan Dosis Pemupukan N pada Jagung Hibrida ada 2 dosis
pemupukan (N1 = 90 kg N ha-1 dan N2= 135 kg N ha-1). Selain pupuk N sebagai
perlakuan di atas, perlu diberikan pupuk dasar kepada setiap perlakuan sebanyak
75 kg P2O5 dan 60 kg K2O per ha. Ukuran petak percobaan 7.5 m x 10 m.
Berapa kebutuhan pupuk: (1) Urea pada N1
(2) Urea pada N2,
(3) SP-36, dan
(4) KCl untuk petak percobaan tersebut:
Diketahui:
Urea (45% N), artinya setiap 100 kg Urea terdapat 45 kg N
SP-36 (36% P2O5), artinya setiap 100 kg SP-36 terdapat 36 kg P2O5
KCl (60%K2O), artinya setiap 100 kg KCl terdapat 60 kg K2O
Langkah untuk menghitung kebutuhan pupuk tersebut adalah sebagai berikut:

Jawaban (1):
- Tentukan jumlah pupuk dalam bentuk Urea pada dosis N1
Dengan kandungan Urea 45% N maka dosis N1 = 90/45*100 = 200 kg Urea
per hektar;
- Selanjutnya hitung kebutuhan pupuk untuk ukuran 7.5 m x 10 m
Kebutuhan Urea = (7.5*10)/10 000))*200 = 1.5 kg per petak.

Jawaban (2):
- Tentukan jumlah pupuk dalam bentuk Urea pada dosis N2
Dengan kandungan Urea 45% N maka dosis N2 = 135/45*100 = 300 kg Urea
per hektar;
- Selanjutnya hitung kebutuhan pupuk untuk ukuran 7.5 m x 10 m
Kebutuhan Urea = (7.5*10)/10 000))*300 = 2.25 kg per petak.

Jawaban (3):
- SP-36 = 75/36*100 = 208.3 kg SP-36/ha; untuk petak berukuran 7.5 m x 10 m
dibutuhkan SP-36 = (7.5*10)/10000)*208.3 = 1.56 kg

Jawaban (4):
- KCL = 60/60*100 = 100 kg KCl/ha; untuk petak berukuran 7.5 m x 10 m
dibutuhkan KCl = (7.5*10)/10000)*100 = 0.75 kg 

  • PERHITUNGAN KEBUTUHAN PUPUK PEPAYA :

    (A)    Kebutuhan pupuk kimia yang biasa digunakan oleh petani untuk tanaman. 
    Misalkan dari informasi yang didapat diketahui untuk menanam 400 pohon
    pepaya membutuhkan 25 kg pupuk urea, 50 kg pupuk TSP,
    dan 20 kg pupuk KCl.

    (B)     Menghitung besarnya kandungan unsur hara yang diberikan pada tiap pohon,
    yakni:
    Urea per pohon = 25 kg / 400 pohon = 62,5 gram/pohon
    TSP per pohon = 50 kg / 400 pohon = 125 gram/pohon
    KCl per pohon = 20 kg / 400 pohon = 50 gram/pohon.

    (C)     Menghitung besarnya unsur hara ( N, P dan K) dalam pupuk kimia.
    -    Kadar N dalam urea : 46%, jadi N yang diberikan ke tanaman:
    46% x 62,5 gram/pohon = 28,75 gram/pohon.
    -    Kadar P dalam TSP : 48 % – 54%, jadi P yang diberikan ke tanaman:
    50% x 125 gram/pohon = 62,5 gram/pohon.
    -    Kadar K dalam KCl : 60 %, jadi K yang diberikan ke tanaman:
    60% x 50 gr/pohon=30 gr/pohon.

    (D)    Mengkonversi dan memformulasikan kandungan unsur hara dalam pupuk kimia
    ke dalam pupuk organik. Setelah mengetahui kebutuhan hara (N, P dan K)
    yang diperlukan pepaya, langkah selanjutnya adalah mencari besarnya
    kandungan unsur hara (N, P dan K) yang terdapat pada bahan-bahan
    penyusun pupuk organik
    Pada dasarnya kebutuhan pupuk (NPK) untuk kecukupan perkembangan
    pohon pepaya dapat disamakan dengan penggunaan Pupuk NPK (15.15.15)
    dengan dosis 1,5 kg/tanaman/tahun, rincian dosis pupuk yang lazim menurut
    umur tanaman muda adalah :
    -          Umur 0 – 3 bulan : 20  gram/tanaman/bulan.
    -          Umur 4 – 6 bulan : 50  gram/tanaman/bulan.
    -          Umur > 7 bulan   : 100 gram/tanaman/bulan.

    KANDUNGAN N P K YANG DIBUTUHKAN OLEH PEPAYA DEWASA

    Unsur N  28,75  gram/pohon/bulan
    Unsur P  62,50  gram/pohon/bulan
    Unsur K  30     gram/pohon/bulan


Cara membuat pupuk NPK sendiri:
  1. Kita tentukan dulu kandungan pupuk NPK yang akan kita buat. Untuk lebih mempermudah penjelasan kita contohkan akan membuat pupuk NPK sendiri dengan kandungan 20:15:10.
  2. Hitung kebutuhan pupuk NPK yang akan kita buat. Misalnya kita akan membuat 200 Kg pupuk NPK dengan kandungan 20:15:10.
  3. Kita hitung jumlah masing-masing unsur hara yang kita butuhkan. Unsur N : 20% X 200 = 40 kg. Unsur P : 15% X 200 = 30 Kg. Unsur K : 10% X 200 = 20 Kg.
  4. Kita konfersikan kebutuhan masing-masing unsur hara dengan pupuk tunggal yang telah kita persiapkan (Urea, SP36 dan KCl). Kandungan N dalam urea adalah 54% maka untuk mendapatkan N 40 Kg maka kita butuh Urea (100 : 54) X 40 = 74 Kg Urea. Untuk mendapatkan unsur P 30 Kg kita butuh SP36 (100 : 36) X 30 = 83,3 Kg SP36. Sedangkan kebutuhan unsur K sebesar 20 Kg akan kita perolaeh dari KCl (100 : 45) X 20 = 44,4 Kg.
  5. Oleh karena itu NPK dengan komposisi 20 : 15 : 10 sebanyak 200 Kg setara dengan Urea 74 Kg + SP36 83,3 Kg + KCl 44,4 Kg.

Contoh pembuatan NPK lain :
Untuk membuat Pupuk yang setara dengan 50 Kg NPK Ponska (15 : 15 : 15) maka kita butuh :
Urea : ((15 : 100) X 50 Kg) X (100 : 54) = 13,8 Kg Urea
SP36 : ((15 : 100) X 50 Kg) X (100 : 36) = 20,8 Kg SP36
KCl : ((15 : 100) X 50 Kg) X (100 : 45) = 16,66 Kg KCl
Saya kira harga 50 Kg NPK Ponska akan lebih mahal jika dibanding dengan kombinasi 13,8 Kg Urea, 20,8 Kg Sp 36 dan 16,66 Kg KCl. Selamat mencoba !

Pembiakan Vegetatif




Pembiakan vegetative merupakan prose salami, pada tanaman lain sedikit banyak dapat dilakukan secara buatan.  Dalam pembiakan vegetative (aseksual) merupakan dasar dari pembikan vegetative yang memungkinkan tanaman-tanaman memuliakan dirinya dengan regenerasi jaringan-jaringan dari bagian-bagian tanaman yang hilang.  Pada pembiakan vegetatif ini , bagngian-bagian tanaman yang digunakan adalah cabang/batang, pucuk, daun, umbi dan akar yang dapat dilakukan dengan cara stek, cangkok, akulasi, rundukan dan kultur jaringan
Pembiakan aseksual atau pembiakan secara tak kawin adalah dasar dari pembiakan vegetative, memungkinkan tanaman-tanaman memulikan dirinya dengan regenerasi dari jaringan-jaringan dan bagian-bagian yang hilang.  Pembiakan ini terjadi dengan menggunakan bagian tumbuh induknya.  Pada banyak tanaman, pembiakan vegetative merupakan prose salami, sedangkan pada tanaman lain sedikit banyak secara buatan.  Cara-cara pembiakan vegetative sangatlah banyak dan pemilihan cara tergantung pada tanahnya dan tujuan pembiakan.
Pembiakan vegetative tanaman dapat terjadi secara alamiah atau dibuat oleh manusia.  Secara alamiah perkembangan terjadi melalui pembelahan sel, spora, tunas, rhizome dan geragih sedangkan pembiakan vegetative buatan dimanfaatkan melalui cara stek, cangkok, akulasi dan menyambung.
Para petani memanfaatkan pembiakan vegetative buatan untuk menghasilkan tanaman baru yang cepat berproduksi dengan sifat dan kualitas yang sama dengan induknya, namun cara perbanyakan vegetative buatan yang dikenal oleh para petani hanya mampun menghasilkan tanaman dalam jumlah yang terbatas.
Keuntungan-keuntungan pembiakan vegetative antara lain adalah bahan-bahan heterozigot dapat dilestarikan tanpa pengubahan pembiakan vegetative lebih baik dibandingkan pembiakan secara generative.  Karena pada pembiakan vegetative satu tumbuhan induk dapat menghasilkan beberapa individu baru dalam waktu yang cukup singkat, banyak tanaman yang dikembangkan secara vegetative dapat melestarikan sifat hasil yang dimiliki oleh tanaman induk.n kerungian dari pembiakan vegetative
Kekurangan dan kerugian dari pembiakan vegetative adalah biasanya tanaman yang berfungsi sebagai tanaman induk mudah rusah.  Jumlah biji yang diperoleh terbatas, perakaran tanaman hasil biakan vegetative kurang, dan umur tanaman lebih pendek.
Pembiakan vegetative ini hanya dilakukan pada tanaman-tanaman yang sulit diperbanyakan dengan biji, dan kalau dapat selalu mengadakan pemisahan sifat sebagai akibat sifatnya yang menyebuk silang, misanya rambutan dan lain sebagianya.  Dengan tujuannya mendapat tanaman-tanaman yang serupa dengaan sifat-sifat induknya, memperbaiki sifat tanaman.

STEK

Stek (cutting) adalah suatu teknik mengusahakan perakaran dan bagian-bagian tanaman (cabang, daun, pucuk dan akar) yang mengandung mata tunas dengan memotong dari induknya untuk tanaman, sehingga akan diperoleh tanaman baru.  Menurut bentuknya, setek dapat dibedakan menjadi beberapa bagian antara lain adalah stek akar, stek daun, stek batang, stek umbi dan stek pucuk (Pracaya, 1996).
Perbanyakan secara stek akan diperoleh tanaman yang baru yang sifatnya seperti induknya.  Stek dengan kekuatan sendiri akan menumbuhkan akar dan daun sampai dapat menjadi tanaman yang sempurna dan menghasilkan bunga dan buah (Wudianto, 2002).

Stek akar
Stek akar banyak yang digunakan pada tanaman perkebunan.  Bagian akar yang kita ambil adalah cabang akar yang tidak jauh dari akar tunggang dan berasal dari tanaman yang berdaun banyak.  Hal ini dimaksudkan agar akar yang digunakan mempunyai persiapan-persiapan karbohidrat, protein dan lemak sebagai cadangan makanan dari hasil fotosintesis dan sebagai sumber energy untuk pembentuk akar baru (Hardjadi, 1996).
Kita memang kurang akrab dengan stek akar, sehingga pengetahuan kita tentang jenis tanaman apa yang biasa diperbanyak dengan stek akar juga sangat terbatas.  Orang-orang yang tinggal di negeri 4 musim menyerbutkan bahwa stek akar sangat mudah dilakukan.  Banyak jenis tanaman yang biasa diperbanyak dengan cara ini yaitu beberapa tumbuhan yang berbentuk pohon, semak, tanaman pemanjat, perennial (tanaman tahunan) dan tanaman dataran tinggi dan beberapa tanaman pohon yang sudah kita ketahui bias diperbanyak dengan stek akar adalah cemara, jambu biji, jeruk keprok, kesemak, dan sukun (Wudianto, 2002).
Stek batang
Batang yang dipilih untuk stek batang adalah biasanya mempunyai umur kurang lebih satu tahun.  Cabang yang terlalu tua tentunya kurang baik untuk distek karena sulit untuk membentuk akar sehingga memerlukan waktu lama, sedangkan cabang terlalu muda (tekstur lunak) proses penguapan sangat cepat sehingga stek menjadi lemak dan akhirnya mati (Rukmana, 1996).
Stek batang adalah stek yang menggunakan bagian dari batang tanaman, sebagian orang menyebutkan dengan stek cabang.  Umumnya tanaman yang dikembangbiakan dengan stek cabang adalah tanaman berkayu.  stek cabang ini meliputi stek cabang yang telah tua dan cabang yang setengah tua (Wudianto 2002).
Stek batang banyak digunakan untuk memperbanyak tanaman hias dan tanaman buah.  Syarat multah tanaman yang akan diperbanyak secara stek batang adalah harus memiliki cambium batang, cabang atau ranting yang ideal untuk bahan stek harus memenuhi syarat berikut : tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda dengan umur tanaman sekitar 1 tahun dan batangnya berwarna kehijaun, sehat yaitu bebas dari hama dan penyakit,subur, dan tidak tergantung keadaan efisiensi atau kekurangan salah satu unsure yang diperoleh tanaman, diameter  bahan stek sekitar 0,5 cm dan bahan stek harus memiliki cukup bakal  tunas (Rahardja dan wahyu, 2003).
Stek daun
Stek daun adalah pembiakan dengan pematangan sehelai daun dari tanaman induknya dengan maksud mengusahakan perakaran dari bagian daun tersebut, stek daun banyak diterapakan pada tanaman hias sukulen, daun lebal berdaging dan kandungan airnya juga tinggi.  Daun yang dipilih untuk stek ini harus telah cukup umurnya dan mempunyai karbahidrat yang tinggi dan harus hijau (Setyati, 1995).
Perbanyakan dengan stek daun yaitu menggunakan sehelai daun yang lengkap dengan tangkainya, sedangkan pada tanaman lain seperti begonia diperbanyak dengan helai daun tanpa tangkai.tanaman sukuren yang mempunyai daun berukuran besar, yaitu panjang lebih dari 10 cm, dapat diperbanyak dengan memotong daunnya secara horizontal menjadi bagian-bagian (Basir, 1998).


SAMBUNG

Menyambung (grating) adalah salah satu pembiakan vegetative, dimana menggabungkan batang bawah dan batang atas dari tanaman berbeda sedimikian rupa, sehingga tercapai persenyawaan dan kombinasi ini akan terus tumbuh membentuk tanaman baru.  Penyambungan mutlak memerlukan batang atas dan batng bawah.  Batang bawah sering juga disebut STOCK atau ROOK STOCK atau ENDERSTAM.  Ciri-ciri batang bawah adalah batang masih dilengkapi dengan akar.  Sedangkan batang atas yang di sambungkan sering disebut ENTRIES atau SCION.  Batang atas dapat berupa potongan batang atau biiasa juga batang yang masih berada pada pohon induknya (Saptarani, Widayanti dan lisa sari, 1999).
Teknik penyambungan ini biasa kita terapkan untuk beberapa keperluan yaitu membuat bibit tanaman unggul, memperbaiki bagian-bagian yang rusak dan juga untuk membantu pertumbuhan tanaman.  Dengan mengadakan penyambungan kita mengharapkan agar bibit yang kita hasilkan akan lebih unggul dari tanaman asanya (Batang bawah dan batang atas) (Wudianto, 2002).
Penyambungan atau enten (grafting) adalah penggabungan dua bagian tanaman yang berlainan sedemikian rupa sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh dan tumbuh sebagai satutanaman setelah terjadi regenerasi jaringan pada bekas luka sambungan atau tautannya.

· Bagian bawah (yang mempunyai perakaran) yang menerima sambungan disebut batang bawah  (rootstock atau understock) atau sering disebut stock.
· Bagian tanaman yang disambungkan atau disebut batang atas (scion) dan merupakan sepotong batang yang mempunyai lebih dari satu mata tunas (entres), baik itu berupa tunas pucuk atau tunas samping.
Penyambungan batang bawah dan batang atas ini biasanya dilakukan antara dua varietas
tanaman yang masih dalam spesies yang sama. Misalnya penyambungan antar varietas pada
tanaman durian. Kadang-kadang bisa juga dilakukan penyambungan antara dua tanaman yang
berlainan spesiesnya tetapi masih dalam satu famili. Tanaman mangga (Mangifera indica)
disambung denga tanaman kweni (Mangifera odorata).

a. Manfaat sambungan pada tanaman:
· Memperbaiki kualitas dan kuantitas hasil tanaman, dihasilkan gabungan tanaman baru  yang mempunyai keunggulan dari segi perakaran dan produksinya, juga dapat mempercepat waktu berbunga dan berbuah (tanaman berumur genjah) serta menghasilkan tanaman yang sifat berbuahnya sama dengan induknya.
· Mengatur proporsi tanaman agar memberikan hasil yang lebih baik, tindakan ini dilakukan khususnya pada tanaman yang berumah dua, misalnya tanaman melinjo.
· Peremajaan tanpa menebang pohon tua, sehingga tidak memerlukan bibit baru dan menghemat biaya eksploitasi. Peremajaan total berlaku sebaliknya.

b. Syarat batang bawah untuk sambungan:
· Dapat menggunakan biji asalan atau "sapuan” untuk menghasilkan batang bawah, tetapi ada varietas durian yang baik khusus untuk batang bawah yaitu varietas bokor dan siriwig, karena biji besar sehingga mampu menghasilkan sistem perakaran yang baik dan tahan terhadap busuk akar.
· Berdiameter 3-5 mm, berumur sekitar 3-4 bulan.
· Dalam fase pertumbuhan yang optimum (tingkat kesuburannya baik), kambiumnya aktif, sehingga memudahkan dalam pengupasan dan proses merekatnya mata tempel ke batang bawah.
· Disarankan penyiraman cukup (media cukup basah).
· Batang bawah dipupuk dengan Urea 1-2 minggu sebelum penempelan.
· Gunakan media tanam dengan komposisi tanah subur : tanah, pupuk kandang : sekam padi (1:1:1).
· Gunakan polybag ukuran 15x20 cm yang sanggup bertahan dari biji sampai 3 bulan siap tempel sampai dengan 3 bulan setelah tempel, setelah periode tersebut polybag harus diganti dengan ukuran yang lebih besar 20x30 cm, atau langsung ke polybag 30x40 cm tergantung permintaan pasar dan seterusnya semakin besar pertumbuhan tanaman maka ukuran polybag semakin besar. Kecuali untuk pengangkutan jarak jauh dalam jumlah banyak maka gunakan polybag yang lebih kecil dari biasanya.

c. Syarat batang atas untuk sambungan
· Batang atas atau entres yang akan disambungkan pada batang bawah diambil dari pohon induk yang sehat dan tidak terserang hama dan penyakit.
· Pengambilan entres ini dilakukan dengan menggunakan gunting setek atau silet yang tajam (agar diperoleh potongan yang halus dan tidak mengalami kerusakan) dan bersih (agar entres tidak terkontaminasi oleh penyakit).
· Entres yang akan diambil sebaiknya dalam keadaan dorman (istirahat) pucuknya serta tidak terlalu tua dan juga tidak terlalu muda (setengah berkayu).
· Panjangnya kurang lebih 10 cm dari ujung pucuk, dengan diameter sedikit lebih kecil atau sama besar dengan diameter batang bawahnya.
· Entres dalam keadaan dorman ini bila dipijat dengan dua jari tangan akan terasa padat, tetapi dengan mudah bisa dipotong dengan pisau silet. Selain itu bila dilengkungkan keadaannya tidak lentur tetapi sudah cukup tegar.
· Entres sebaiknya dipilih dari bagian cabang yang terkena sinar matahari penuh (tidak ternaungi) sehingga memungkinkan cabang memiliki mata tunas yang tumbuh sehat dan subur.
· Bila pada waktunya pengambilan entres, keadaan pucuknya sedang tumbuh tunas baru (trubus) atau sedang berdaun muda, maka bagian pucuk muda ini dibuang dan bagian pangkalnya sepanjang 5-10 cm dapat digunakan sebagai entres.
· Pada durian bila entres yang digunakan berasal dari cabang yang tumbuh tegak lurus, maka bibit sambungannya akan tumbuh tegak dengan percabangan ke semua arah atau simetris.
· Namun bila diambil dari cabang yang lain,pertumbuhan bibitnya akan mengarah ke samping,
berbentuk seperti kipas.Bentuk ini berangsur-angsur hilang bila tanaman menjelang dewasa.

d.Tipe sambungan jika ditinjau dari bagian batang bawah yang disambung:

1. Sambung pucuk (top grafting)
Sambung pucuk merupakan cara penyambungan batang atas pada bagian atas atau
pucuk dari batang bawah. Caranya sebagai berikut:
· Memilih batang bawah yang diameter batangnya disesuaikan dengan besarnya batang atas. Tanaman durian, belimbing dan sirsak sudah bisa disambung bila besarnya batang bawah sudah sebesar ujung pangkal lidi. Alpukat, manggis dan mangga disambung bila batangnya sudah sebesar pensil. Umur batang bawah pada keadaan siap sambung ini bervariasi antara 1-24 bulan, tergantung jenis tanamannya. Untuk durian umur 3-4 bulan, mangga dan alpukat umur 3-6 bulan. Manggis pada umur 24 bulan baru bisa disambung karena sifat pertumbuhannya lambat.
· Batang bawah dipotong setinggi 20-25 cm di atas permukaan tanah. Gunakan silet, pisau okulasi atau gunting setek yang tajam agar bentuk irisan menjadi rapi. Batang bawah kemudian dibelah membujur sedalam 2-2,5 cm.
· Batang atas yang sudah disiapkan dipotong, sehingga panjangnya antara 7,5-10 cm. bagian pangkal disayat pada kedua sisinya sepanjang 2-2,5 cm, sehingga bentuk irisannya seperti mata kampak. Selanjutnya batang atas dimasukkan ke dalam belahan batang bawah.
· Pengikatan dengan tali plastikyang terbuat dari kantong plastik ½ kg selebar 1 cm. Kantong plastik ini ditarik pelan-pelan, sehingga panjangnya menjadi 2-3 kali panjang semula.Terbentuklah pita plastik yang tipis dan lemas.
· Pada waktu memasukkan entres ke belahan batang bawah perlu diperhatikan agar kambium entres bisa bersentuhan dengan kambium batang bawah. Sambungan kemudian disungkup dengan kantong plastik bening.Agar sungkup plastik tidak lepas bagian bawahnya perlu diikat.Tujuan penyungkupan ini untuk mengurangi penguapan dan menjaga kelembaban udara di sekitar sambungan agar tetap tinggi.
· Tanaman sambungan kemudian ditempatkan di bawah naungan agar terlindung dari panasnya sinar matahari. Biasanya 2-3 minggu kemudian sambungan yang berhasil akan tumbuh tunas. Sambungan yang gagal akan berwarna hitam dan kering. Pada saat ini sungkup plastiknya sudah bisa dibuka.Namun, pita pengikat sambungan baru boleh dibuka 3-4 minggu kemudian. Untuk selanjutnya kita tinggal merawat sampai bibit siap dipindah ke kebun.

2. Sambung samping (side grafting)
Pada dasarnya, pelaksanaan sambung samping sama seperti pelaksanaan model sambung pucuk. Sambung samping merupakan cara penyambungan batang atas pada bagian samping batang bawah. Caranya sebagai berikut:

· Batang bawah dipilih yang baik. Ukuran batang atas tidak perlu sama dengan batang bawah, bahkan lebih baik dibuat lebih kecil.
· Pada batang bawah dibuat irisan belah dengan mengupas bagian kulit tanpa mengenai kayu atau dapat juga dengan sedikit menembus bagian kayunya. Irisan kulit batang bawah dibiarkan atau tidak dipotong.
· Batang atas dibuat irisan meruncing pada kedua sisinya. Sisi irisan yang menempel pada batang bawah dibuat lebih panjang menyesuaikan irisan di batang bawah dari sisi luarnya.
· Batang atas tersebut disisipkan pada irisan belah dari batang bawah. Dengan demikian, batang bawah dan batang atas akan saling berhimpitan. Kedua lapisan kambium harus diusahakan agar saling bersentuhan dan bertaut bersama.
· Setelah selesai disambungkan, sambungan tersebut diikat dengan tali plastik. Untuk menjaga agar tidak terkontaminasi atau mengering, sambungan dan batang atas ditutup dengan kantong plastik.
· Setelah batang atas menunjukkan pertumbuhan tunas, kurang lebih 2 minggu setelah penyambungan, kantong plastik serta tali plastik bagian atas sambungan dibuka lebih dulu, sedangkan tali plastik yang mengikat langsung tempelan batang atas dan kulit
batang bawah dibiarkan, sampai tautan sambungan cukup kuat.
· Bilamana sudah dipastikan bahwa batang atas dapat tumbuh dengan baik, bagian batang bawah di atas sambungan dipotong. Pemotongan perlu dilakukan supaya tidak terjadi kompetisi kebutuhan zat makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan lanjutan dari batang

MERUNDUK

Pembiakan vegetative dengan cara merunduk, sering juga disebut dengan cangkok tanah, cangkok runduk, atau memumbun.  Memang pada prisipnya cara merunduk ini sama dengan mencangkok, karena keduanya sama-sama memerlukan media guna menumbuhkan akar pada cabang, tapi merundukkan tidak membuntukkan akarpada cabang, tetapi merunduhkan tidak membutuhkan pembungkus.
Merunduk ini dilakukan pada tanaman-tanaman yang sulit untuk distek, misalnya pada apel liar untuk batang bawah sedangkan kita ingin perbanyak tanaman itu dengan cepat dan dalam julah yang besar.  Caranya ialah batang tanaman itu dirundukkan (Dibengkokkan) mendatar ketanah dan ditumbuhi tanah tipis.  Setelah mata pada tiap-tiap ruas itu tumbuh dan tunas-tunasnya berakar, barulah batang itu dipotong untuk ditanam.  Cara ini adalah sangat mudah dikerjakan dan tidak banyak memerlukan tenaga, sedangkan hasilnya pun tinggi (Hendro s., 1995).
Tanaman yang dapat dikembangbiakan secara merunduk jenisnya sangat sedikit.  Jenis tanaman yang mempunyai cabang panjang dan lentur yang umumnya bias dirundukkan.  Tanpa disengaja tanaman seperti ini kadang-kadang juga dapat melakukan pembiakan vegetative sendiri atau sering juga disebut rundukan secara alamiah.  Karena bagian tepi atau ujung cabang yang terkulai cenderung berakar bila bersetuhan dengan tanah (Wudianto, 2002)
Merunduk dapat dilakukan pada batang beberapa jenis tanaman yang secara
normal berdiri tegak kemudian dibengkokkan hingga menyentuh tanah
sehingga akan segera berakar pada mawar .
• Merunduk biasa
Cabang tanaman dirundukkan dan ditimbun dengan tanah, kecuali
ujung cabangnya. Setelah membentuk akar, cabang atau batangnya
dipotong, sehingga diperoleh tanaman baru.. Cara ini dapat
dikerjakan pada mawar, jambu air, dan arbel
• Merunduk majemuk
Seluruh batang dirundukkan kemudian ditimbuni tanah pada
beberapa tempat atau seluruh tempat. Cara ini dapat dikerjakan
pada tanaman soka dan anggur.

OKULASI

Teknologi memang dapat menciptakan sesuatu yang baru dan apabila teknologi ini dipadukan dengan seni, hasilnya akan lebih mempesona lagi.  Hal ini dapat dilakukan pada tanaman, suatu pohon mangga bias mempunyai lebih dari satu macam buah, misanya mangga arumanis, gadung, golek dan sebagainya.  Bisa juga dalam satu pohon mempunyai daun yang berbeda-beda.  Misalnya jambu biasa mempunyai daun jambu kerikil yang ukurnya kecil-kecil dapat dipadukan dengan jambu arigot yang daunnya berpinggiran putih.  Perpanduan tanaman demikian tentunya sangat menarik dan akan mempunyai harga yang sangat mahal.  Hal demikian bias terjadi karena merupakan hasil dari akulasi (Wudianto, 2002).
Okulasi sering juga disebut dengan menempel, Oculatie (Belanda) atau Budding (Inggris).  Cara memperbanyak tanaman dengan okulasi mempunyai kelebihan jika dibandingkan dengan stek dan cangkok.  Kelebihannya adalah hasil okulasi mempunyai mutu lebih baik dari pada induknya.  Bisa dikatakan demikian karena okulasi dilakukan pada tanaman yang mempunyai perakartan yang baik dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit dipadukan dengan tanaman yang mempunyai rasa buah yang lezat, tetapi mempunyai perakaran kurang baik.  Tanaman yang mempunyai perakaran baik digunakan sebagai batang bawah.  Sedangkan tanaman yang mempunyai buah lezat diambil mata tunasnya untuk ditempelkan pada batang bawah dikenal dengan sebutan batang atas.
Sama halnya dengan enten, okulasi ini biasanya menggunakan batang bawah dan batang atas dari satu spesies atau dari satu varietas.  Penyambungan tanaman dari satu varietas atau dari satuspesies memang dapat dilakukan tanpa mengalami kesukaran.  Lain halnya dengan okulasi yang dilakukan antarspesies biasanya agak mengalami kesukaran.  Hal demikian di karenakan antarbatang atas dan batng bawah kadang-kadang terdapat perbedaan fisiologis.
Perbanyakan tanaman dengan cara okulasi paling banyak dilakukan dalam perkebunan terutama pada perkebunan karet dan kakao. Beberapa kelebihan dari perbanyakan tanaman dengan cara okulasi yaitu :

-   Dengan cara diokulasi dapat diperoleh tanaman yang dengan produktifitas yang tinggi.
-   Pertumbuhan tanaman yang seragam.
-   Penyiapan benih relatif singkat.
-   Pada musim gugur daun pada tanaman karet daun yang gugur dari satu klon agar serentak pada  waktu tertentu, dengan demikian akan memudahkan pengendalian penyakit Oidium hevea bila terjadi.
Kelemahan dari perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara okulasi yaitu :
- terkadang suatu tanaman hasil okulasi ada yang kurang normal terjadi karena tidak adanya keserasian antara batang bawah dengan batang atas (entres)
- perlu menggunakan tenaga ahli untuk pengokulasian ini.
- Bila salah satu syarat dalam kegiatan pengokulasian tidak terpenuhi kemngkinan gagal atau mata entres tidak tumbuh sangat besar.
                                 
Syarat tanaman dapat diokulasi yaitu :
- tanaman tidak sedang Flush (sedang tumbuh daun baru)
- antara batang atas dan batang bawah harus memiliki umur yang sama.
- Tanaman harus masih dalam satu family atau satu genus.
- Umur tanaman antara batang atas dan batang bawah sama.
- Pada klon yang dijadikan batang bawah memiliki perakaran yang kuat/kokoh, tidak mudah terserang penyakit terutama penyakit akar, mimiliki biji/buah yang banyak yang nantinya disemai untuk dijadikan batang bawah, umur tanaman induk pohon batang bawah yang biji/buahnya akan dijadikan benih untuk batang bawah minimal 15 tahun, memiliki pertumbuhan yang cepat.
- Pada klon yang akan dijadika batang atas atau entres tanaman harus memiliki produksi yang unggul, dan memiliki pertumbuhan yang cepat, dan tahan terhadap penyakit.

Macam-macam okulasi pada tanaman karet :
1. Okulasi Coklat (Brown Budding) merupakan okulasi dilaksanakan diperkebunan karet. Dengan batang bawah berumur 8-18 bulan diokulasi dengan entres umur 1-2 tahun, dengan garis tengah 2,5-4 cm. Warna kayu entres coklat, yang dipergunakan adalah mata prima yang berwarna coklat.
2. Okulasi Hijau (Green Budding) merupakan cara okulasi yang lazim dilaksanakan diperkebunan karet. Dengan batang bawah yang berumur 4-6 bulan diokulasi dengan entres yang berumur 3-4 bulan, garis tengah 0,5-1 cm, warna kayu entres hijau tua, yang dipergunakan adalah mata burung yang berwarna hijau.
3. Okulasi dini (Pro Green Budding) merupakan cara okulasi dengan batang bawah berumur 2-3 bulan, diokulasi dengan entres umur 3-4 minggu, garis tengah kurang dari 0,5 cm warna kayu entres hijau muda sampai hijau. Yang dipergunakan sebagai mata entres adalah mata sisik (csale bud.Teknik pengokulasian pada okulasi dini sama saja dengan yang dilakuka pada okulasi hijau. Hasi dari okulasi sama dengan yang dicapai okulasi hijau maupun okulsi coklat.

Teknik Mengokulasi :
1. Membuat Jendela OkulasiUkuran jendela disesuaikan dengan perisai dan besarnya batang bawah.
Untuk batang bawah yang dibawah umur 5-6 bulan dapat ukuran jendela (¾ - 1) cm x (3 – 4) cm.Torehan membujur dapat dimulai daribawah atau dari atas. Jarak torehan terbawah lebih kurang 5 cm dari tanah. Torehan melintang dapat dari atas ataudari bawah. Jika diatas jendela akan terbuka kebawah atau juga sebaliknya.Sebelum ditoreh, batang dibersihkan dari kotoran atau tanah yang menempel akubat percikan air hujan.Setelah ditoreh akan keluar lateks, lateks ini dibiarkan membeku kemudian dibersihkan dengan kain sebelum jendela dibuka.
2. Mengambil Mata Okulasi
Mata okulasi diambil dari kayu okulssiyang sehat, segar dan mudah dikupas.Mata okulasi diambil bersama sedikit bagian kayu, bentuk perisai yang ukuranya sedikit lebih kecil dari ukuran jendela okulasi. Pengambilan mata okulsi yang terlalu kecil akan mengakibatkan pemulihan luka lambat.Untuk melepas bagian kayu, menariknya pelan-pelan supaya mata tetap menempel pada kulit.Pembuatan perisai harus bersih dan lapisan kambium jangan sampai terkena tangan atau kotoran.Perisai yang telah dibuat harus segera diselipkan ke jendela okulasi.
3. Menempel Mata Okulasi Dan Membalut
Setelah perisai disiapkan, jendela okulasi dibuka denga cara menarik bibir jendela okulasi.Perisai diselipkan dibawah jendela okulasi dan dijepit dengan ibu jari untuk memudahkan pembalutan. Dalam keadaan perisai terlalu kecil, diusahakan supaya tepi tepi bagian atas dan salah satu sisi perisai berimpit dengan jendela okulasi.Pembalutan dimulai dari torehan melintang digunakan plastik ukuran 2 x 0,02 cm dengan panjang 40 cm. Akhir ikatan sebaiknya dibawah. Pada waktu membalut jangan sampai perisai bergeser.
4. Pemeriksaan Hasil Okulasi
         Pemeriksaan pertama dilakukan 2-3 minggu setelah okulasi dilaksanakan bersamaan dengan pembukaan pembalut.Okulasi yang gagal diberi tanda dengan mengikat tali pada batang bawah, hal ini dilakukan untuk memudahkan okulasi janda.Pemeriksaan ke dua dilakukan 10 – 15 hari dari pemeriksaan pertama. Cara pemeriksaan sama seperti pemeriksaan pertama.

                                                 

Daftar Pustaka

http://k4107078.wordpress.com/2008/03/18/perkembangbiakan-vegetatif/
http://www.worldagroforestry.org/Sea/Publications/Files/book/BK0094-06/BK0094-06-1.PDF
Basri Jumin, 1998.  Dasar-dasar agronomi.  Rajawali Press, Jakarta.
Hendro sunaryono, 1995.  Pengantar Pengetahui dasar Hortikultura. Penerbit sinar baru, Bandung.
Pracaya, 1996. Bertanam Mangga.  Penebar Swadaya, Jakarta.
Setyati Hardjadi, 1995.  Pengantar agronomi, PT. Gramedia, Jakarta.
Saptarani, Eti Widayanti dan Lila Sari, 1999. Cara Bercocok Tanaman Secara Vegetatif.  Sinar Mas, Jakarta.
Rini Wudianto, 1996.  Membuat Setek, Cangkok dan okulasi.  PT. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rahmat Rumana, 1996. Bertanam Sayuran. Kanisius, Yogyakarta.
Raharja, P.C. dan Wahyu Wiryanta, 2003.  Aneka Cara Memperbanyak Tanaman.  Penerbit  PT. Agro Media Pustaka. Depok.

Laporan Praktikum Hama



”HAMA-HAMA PADA TANAMAN KEDELAI DAN KACANG HIJAU SERTA GEJALA 
SERANGANNYA”

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
            Dalam pertanian, hama adalah organisme pengganggu tanaman yang menimbulkan kerusakan secara fisik, dan ke dalamnya praktis adalah semua hewan yang menyebabkan kerugian dalam pertanian. Serangga termasuk bagian dari hama yang merupakan kelompok organisme yang paling beragam jenis dan selalu mendominasi populasi mahluk hidup di muka bumi, baik yang hidup di bawah,pada dan di atas permukaan tanah. Oleh karena itu hampir semua jenis tanaman baik yang dibudidayakan maupun yang berfungsi sebagai gulma selalu diganggu oleh kehadiran serangga hama tersebut. Dengan demikian dalam proses produksi , masalah hama tersebut tidak bisa diabaikan, karena akan mempengaruhi produksi secara kualitatif maupun kuantitatif dan mampu merurunkan produksi sebesar 20,7%, bahka menyebabkan kegagalan panen, kalau tidak dilakukan pengendalian secara efektif.
Untuk mengendalikan hama harus digunakan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Dalam konsep tersebut, pengendalian hama dengan insektisida merupakan salah satu taktik yang digunakan bilamana perlu serta diintegrasikan dengan taktik pengendalian lain. Tujuan pengendalian adalah untuk memaksimumkan keuntungan pendapatan, targetnya adalah beberapa jenis hama, dasar yang digunakan adalah ambang kendali hama, dan caranya adalah dengan menurunkan kepadatan populasi hama melalui berbagai taktik pengendalian.
Dalam konsep PHT, ada empat elemen yang mendasari komponen pengendalian hama, yakni bioekologi, pengendalian alamiah, ambang kendali, dan teknik penarikan contoh populasi hama. Di dalam makalah ini, keempat elemen tersebut akan dibahas sebagai dasar untuk menentukan komponen pengendalian hama pemakan daun kedelai. Sumber data yang digunakan dalam penyusunan makalah ini diperoleh dari hasil penelitian dan penelaahan pustaka.

1.2 Tujuan
            Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui hama-hama yang menyerang tanaman kedelai dan kacang hijau serta gejala serangannya, praktikum ini juga menjadi bukti hasil laporan akhir Ilmu Hama Tanaman.
1.3 Manfaat
            Manfaat praktikum ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara budidaya tanaman kedelai dan kacang hijau, mengetahui hama-hama yang menyerang tanaman kedelai dan kacang hijau serta gejala serangannya.
  
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Tanaman Kedelai (Glycine max)
Kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan dari Asia Timur seperti kecap, tahu, dan tempe.. Kedelai merupakan sumber utama protein nabati dan minyak nabati dunia
.Kedelai yang dibudidayakan sebenarnya terdiri dari paling tidak dua spesies: Glycine max (disebut kedelai putih, yang bijinya bisa berwarna kuning, agak putih, atau hijau) dan Glycine soja (kedelai hitam, berbiji hitam). Kedelai dibudidayakan di lahan sawah maupun lahan kering (ladang).
Morfologi tanaman kedelai
Kedelai merupakan terna dikotil semusim dengan percabangan sedikit, sistem perakaran akar tunggang, dan batang berkambium. Kedelai dapat berubah penampilan menjadi tumbuhan setengah merambat dalam keadaan pencahayaan rendah.
            Biji kedelai berkeping dua, terbungkus kulit biji dan tidak mengandung jaringan endosperma. Embrio terletak di antara keping biji. Warna kulit biji kuning, hitam, hijau, coklat. Pusar biji (hilum) adalah jaringan bekas biji melekat pada dinding buah. Bentuk biji kedelai umumnya bulat lonjong tetapi ada pula yang bundar atau bulat agak pipih.
Kecambah Kecambah kedelai tergolong epigeous, yaitu keping biji muncul diatas tanah. Warna hipokotil, yaitu bagian batang kecambah dibawah kepaing, ungu atau hijau yang berhubungan dengan warna bunga. Kedelai yang berhipokotil ungu berbunga ungu, sedang yang berhipokotil hijau berbunga putih.

            Tanaman kedelai mempunyai akar tunggang yang membentuk akar-akar cabang yang tumbuh menyamping (horizontal) tidak jauh dari permukaan tanah. Jika kelembapan tanah turun, akar akan berkembang lebih ke dalam agar dapat menyerap unsur hara dan air. Pertumbuhan ke samping dapat mencapai jarak 40 cm, dengan kedalaman hingga 120 cm. Selain berfungsi sebagai tempat bertumpunya tanaman dan alat pengangkut air maupun unsur hara, akar tanaman kedelai juga merupakan tempat terbentuknya bintil-bintil akar.
            Kedelai berbatang memiliki tinggi 30–100 cm. Batang dapat membentuk 3 – 6 cabang, tetapi bila jarak antar tanaman rapat, cabang menjadi berkurang, atau tidak bercabang sama sekali. Tipe pertumbuhan batang dapat dibedakan menjadi terbatas (determinate), tidak terbatas (indeterminate), dan setengah terbatas (semi-indeterminate). Tipe terbatas memiliki ciri khas berbunga serentak dan mengakhiri pertumbuhan meninggi. Tanaman pendek sampai sedang, ujung batang hampir sama besar dengan batang bagian tengah, daun teratas sama besar dengan daun batang tengah. Tipe tidak terbatas memiliki ciri berbunga secara bertahap dari bawah ke atas dan tumbuhan terus tumbuh. Tanaman berpostur sedang sampai tinggi, ujung batang lebih kecil dari bagian tengah. Tipe setengah terbatas memiliki karakteristik antara kedua tipe lainnya.
            Bunga kedelai termasuk bunga sempurna yaitu setiap bunga mempunyai alat jantan dan alat betina. Penyerbukan terjadi pada saat mahkota bunga masih menutup sehingga kemungkinan kawin silang alami amat kecil. Bunga terletak pada ruas-ruas batang, berwarna ungu atau putih. Tidak semua bunga dapat menjadi polong walaupun telah terjadi penyerbukan secara sempurna. Sekitar 60% bunga rontok sebelum membentuk polong.
Buah
Buah kedelai berbentuk polong. Setiap tanaman mampu menghasilkan 100 – 250 polong. Polong kedelai berbulu dan berwarna kuning kecoklatan atau abu-abu. Selama proses pematangan buah, polong yang mula-mula berwarna hijau akan berubah menjadi kehitaman.
            Pada buku (nodus) pertama tanaman yang tumbuh dari biji terbentuk sepasang daun tunggal. Selanjutnya, pada semua buku di atasnya terbentuk daun majemuk selalu dengan tiga helai. Helai daun tunggal memiliki tangkai pendek dan daun bertiga mempunyai tangkai agak panjang. Masing-masing daun berbentuk oval, tipis, dan berwarna hijau. Permukaan daun berbulu halus (trichoma) pada kedua sisi. Tunas atau bunga akan muncul pada ketiak tangkai daun majemuk. Setelah tua, daun menguning dan gugur, mulai dari daun yang menempel di bagian bawah batang.

Syarat tumbuh tanaman kedelai
Tanaman dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah asal drainase (tata air) dan aerasi (tata udara) tanah cukup baik, curah hujan 100-400 mm/bulan, suhu udara 230C - 300C, kelembaban 60% - 70%, pH tanah 5,8 - 7 dan ketinggian kurang dari 600 m dpl.
2.2  Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus radiates)
            Kacang hijau adalah sejenis tanaman budidaya dan palawija yang dikenal luas di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan (Fabaceae) ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber bahan pangan berprotein nabati tinggi. Kacang hijau di Indonesia menempati urutan ketiga terpenting sebagai tanaman pangan legum, setelah kedelai dan kacang tanah.
            Bagian paling bernilai ekonomi adalah bijinya. Biji kacang hijau direbus hingga lunak dan dimakan sebagai bubur atau dimakan langsung. Biji matang yang digerus dan dijadikan sebagai isi onde-onde, bakpau, atau gandas turi. Kecambah kacang hijau menjadi sayuran yang umum dimakan di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara dan dikenal sebagai tauge. Kacang hijau bila direbus cukup lama akan pecah dan pati yang terkandung dalam bijinya akan keluar dan mengental, menjadi semacam bubur.
Morfologi Tanaman Kacang Hijau
            Kacang hijau merupakan terna dikotil semusim dengan percabangan sedikit, sistem perakaran akar tunggang, dan batang berkambium. Kacang hiaju dapat berubah penampilan menjadi tumbuhan setengah merambat dalam keadaan pencahayaan rendah.
            Tanaman kacang hijau berbatang tegak dengan ketinggian sangat bervariasi, antara 30-60 cm, tergantung varietasnya. Cabangnya menyamping pada bagian utama, berbentuk bulat dan berbulu. Warna batang dan cabangnya ada yang hijau dan ada yang ungu. Daunnya trifoliate (terdiri dari tiga helaian) dan letaknya berseling. Tangkai daunnya cukup panjang, lebih panjang dari daunnya. Warna daunnya hijau muda sampai hiaju tua. Bunga kacang hijau berwarna kuning, tersusun dalam tandan, keluar pada cabang serta batang, dan dapat menyerbuk sendiri.
            Polong kacang hijau berebntuk silindris dengan panjang antara 6-15 cm dan biasanya berbulu pendek. Sewaktu muda polong berwarna hijau dan dan setelah tua berwarna hitam atau coklat. Setiap polong berisi 10-15 biji. Biji kacang hijau lebih kecil dibanding biji kacang-kacangan lain. Warna bijinya kebanyakan hijau kusam atau hijau mengilap, beberapa ada yang berwarna kuning, cokelat dan hitam . Tanaman kacang hijau berakar tunggang dengan akar cabang pada permukaan.
              Tanaman kedelai mempunyai akar tunggang yang membentuk akar-akar cabang yang tumbuh menyamping (horizontal) tidak jauh dari permukaan tanah. Jika kelembapan tanah turun, akar akan berkembang lebih ke dalam agar dapat menyerap unsur hara dan air. Pertumbuhan ke samping dapat mencapai jarak 40 cm, dengan kedalaman hingga 120 cm.

Syarat Tumbuh Kacang Hijau
            Kacang hijau tumbuh dan penyebarannya seperti kedelai, namun kelebihan kacang hijau adalah ketahanan terhadap kekeringan. Karena pada lahan dimana kedelai sudah mengalami gangguan dengan adanya kekeringan, tetapi untuk tanaman hijau masih  dapat tumbuh dengan subur.
            Tanaman kacang hijau dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki curah hujan sekitar 100-400 mm/bulan. Sedangkan untuk mendapatkan hasil optimal, tanaman kedelai membutuhkan curah hujan antara 70-200 mm/bulan. c) Suhu yang dikehendaki tanaman kedelai antara 21-34 derajat C, akan tetapi suhu optimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai 23-30 derajat C. Tanah-tanah yang cocok yaitu: alluvial, regosol, grumosol, latosol dan andosol. Pada tanah-tanah podsolik merah kuning dan tanah yang mengandung banyak pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi tambahan pupuk organik atau kompos dalam jumlah cukup.
           







BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1  Waktu dan Tempat
            Pengamatan ini dilaksanakan mulai pada tanggal 28 oktober hingga 30 Desember 2011. Dan pengamatan ini dilaksanakan di lahan praktikum depan rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Jambi.
3.2  Alat dan Bahan
Alat yang digunakan :
v  Cangkul
v  Sabit/ parang
v  Kayu tugal
v  Gunting/ curter
v  Alat tulis
v  Kamera
v  Tali plastik
Bahan yang digunakan :
v  Benih Kedelai dan Kacang Hijau
v  Pupuk kandang
v  Air
3.3 Pelaksanaan
            Kegiatan pelaksanaan praktikum pada tanaman kedelai dan kacang hijau dilakukan dengan beberapa tahap yaitu:



3.3.1 Persiapan lahan
Dilakukan untuk menghilangkan gulma-gulma yang ada pada lahan sebelum lahan ditanami kembali. Setelah itu dibuat dua buah petakan dengan masing-ukuran petakan 2m x 3m, lalu diikat sekeliling petakan dengan tali plastik.
3.3.2 Pemupukan organik
Dilakukan minimal satu minggu sebelum tanam. Agar pupuk dan tanah tercampur dengan baik.
3.3.3        Penanaman
           Pada kegitan praktikum ini penanaman dilakukan pada tanggal 28 Oktober 2011. Cara Tanam Benih ditanam dengan cara tugal, dengan jarak 20 cm x 40 cm, tiap lubang diisi 3 biji. Lalu disiram dengan air
3.3.4        Pemeliharaan
v  Pengendalian gulma diadakan pada 11 Oktober 2010 dengan mencabuti gulma yang tumbuh disekitar tanaman kacang hijau. Pada hari yang sama juga diadakan pengamatan tanaman yang pertumbuhannya lambat, dilakukannya pemilihan tanaman dan 2 tanaman/lubang.
v  Pengamatan pada hama yang menyerang tanaman kacang hijau dilaksanakan mulai 4 oktober 2011 yakni minggu pertama setelah penanaman dan dilanjutkan setiap minggunya pada hari yang sama sampai pada pengamatan hama yang menyerang polong. 
v  Pembumbunan digunakan untuk memperkuat berdirinya tanaman.
v  Pada setiap lubang tanam akan tumbuh maksimal tiga tanaman, sisakan satu tanaman tiap lubang tanam pada masing-masing petakan.
3.3.5 Panen
            Kacang hijau dipanen sesuai dengan umur varietas, Tanda-tanda lain bahwa kacang hijau telah siap untuk di panen adalah berubahnya warna polong dari hijau menjadi hitam atau coklat dan kering. Keterlambatan panen dapat mengakibatkan polong pecah saat dilapangan. Panen dilakukan dengan cara dipetik.
            Ciri-ciri tanaman kedelai yang akan dipanen adalah polong bewarna kuning kecoklatan secara merata. Batang-batang sudah kering dan sebagian daun sudah kering dan rontok. Cara panennya adalah dengan mencabut batang tanaman, termasuk daunnya.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Hasil
            “Hama-hama yang menyerang tanaman kacang hijau”
1.      Lalat kacang (Agromyza phaseoli )
Gejala Serangan
            Gejala awal berupa bercak-bercak pada keping biji atau daun pertama. Bercak ini merupakan tempat peletaka telur. Selanjutnya terlihat liang gerek pada keping biji atau daun pertama. Ketika polong yang diserang gugur, larva sudah berada di dalam batang. Pada saat larva telah berada di pangkal akar daun mulai layu dan kekuning-kuningan. Tanaman akan mati berumur 3-4 minggu. Jika tanaman tersebut dicabut akan didapati larva, pupa, atau kulit pupa di antara akar dan kulit akar. Tanaman yang terserang dan masih tetap hidup menampakkan akar-akar adventif di bagian terbawah dari batang.
            Sejauh yang diketahui, serangannya tidak sehebat pada tanaman kedelai. Hal ini disebabkan karena keping biji kacang hijau yang masih muda mudah rontok ketika diserang sehingga tidak memberi kesempatan pada serangga tersebut untuk bertelur.
Penyebab
            Lalat kacang (Agromyza phaseoli Caq.) sebagai penyebab. Tubuhnya kecil dan berwarna hitam mengilap. Perkawinannya (kopulasi) biasa terjadi antara pukul 09.00@10.00 pagi. Waktu matahari bersinar terik, lalat ini bersembunyi di dalam rumput di dekat tanaman kacang hijau. Lalat kacang bertelur pada pagi hari. Telurnya diletakkan pada keping biji atau pada daun pertama.
            Setelah telur menetas, belatungnya menggerek dan memakan keping biji atau daun sehingga terbentuk liang. Belatung ini akan terus menggerek ke tangkai daun dan masuk ke dalam batang sampai pangkal akar, Kepompong atau pupanya berwarna cokelat kuning. Pada setiap batang tanaman yang diserang rata-rata terdapat 4-5 pupa.  
2. Penggerek polong (Etiella zinckenella Tr.)
Gejala Serangan
            Gejala serangannya terlihat pada kulit polong berupa bercak hitam dan bila dibuka terdapat larva yang gemuk dengan kotoran-kotorannya berwarna hijau basah. Serangan pada polong kedua ditandai dengan satu lubang gerek yang bentuknya bundar.
Penyebab
            Hama penyebabnya adalah penggerek polong (Etiella zinckenella Tr.). Penggerek polong kacang hijau sama dengan penggerek polong pada kedelai. Larva yang baru menetas menggerek masuk ke dalam polong menuju ke bagian bawah. Larva ini memakan biji di dalam polong sampai habis kemudian berpindah ke polong lain. Bentuk larvanya gemuk dan licin, larva yang masih kecil berwarna merah kebiru-biruan.
3. Ulat jengkal (Plusia chalcites Esp.)
Gejala Serangan
            Ulat ini menyerang tanaman yang sudah agak tua dan memakan daunnya sehingga tinggal tulangnya saja.
Penyebab
            Hama penyebabnya adalah ulat jengkal kedelai (PIusia chalcites Esp.). Tubuhnya berwarna hijau. Bentuk dewasanya berupa kupu-kupu. Telur kupu-kupu ini diletakkan berkelompok sebanyak 50 butir. Stadium telurnya selama 3 hari. Larva tersebut akan menjadi kepompong di antara daun yang dianyam menjadi satu. Stadium pupanya selama 6 hari.
  4. Kepik hijau (Nezara viridula)
Gejaia Serangan
            Polong muda isinya terisap. Bila polong dibuka tampak bijinya pipih tanpa isi. Bagian yang terserang tampak berbercak hitam.
Penyebab
            Hama penyerang adalah kepik padi hijau (Nezara viridula). Kepik ini meletakkan telurnya yang berwarna kuning secara massal di permukaan bawah daun. Kelompok telurnya 5-10 butir. Stadium telumya selama 6 hari. Setelah telur menetas, larvanya berkumpui di polong dalam kelompok besar. Stadium larvanya selama 30 hari. Masa pertumbuhan dari telur hingga dewasa selama 36 hari.
5. Thrips sp.
Gejala Serangan
            Serangan hama ini menyebabkan daun menggulung ke dalam (keriting) karena sel-sel di bagian atasnya mengerut.
Penyebab
            Kutu Thrips menyerang tanaman dengan mengisap cairan tanaman sehingga mengganggu proses fotosintesis dan mengakibatkan menurunnya hasil. Penurunannya dapat mencapai 60, bahkan tidak menghasilkan sama sekali (puso) bila serangannya berat. Pantas jika hewan ini merupakan hama yang paling berbahaya bagi tanaman kacang hijau. Selama fase vegetatif tanaman, serangan hama ini sangat rendah.
6. Kumbang Callosobruchus
 Gejala Serangan
            Kumbang ini meletakkan telurnya pada permukaan polong atau biji kacang hijau. Larva yang baru menetas langsung menggerek masuk ke dalam biji dan memakan kotiledon serta bagian biji lainnya.
Penyebab
            Kumbang Calloso-bruchus maculatus yang menyerang biji. Siklus hidup kumbang ini, pada biji kacang hijau varietas MB 129, berlangsung antara 23-28 hari. Kemampuan bertelur kumbang betina antara 40-90 butir. Persentase telur yang dapat menetas hingga menjadi dewasa sebesar 19-98. Perbandingan antara jantan dewasa dan betinanya 1:1.
7.Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)
Gejala Serangan
            Serangan ulat grayak mendadak dan dalam jumlah besar, bermula dari kupu-kupu berwarna keabu-abuan, panjang 2 cm dan sayapnya 3-5 cm, bertelur di permukaan daun. Tiap kelompok telur terdiri dari 350 butir. Gejala: kerusakan pada daun, ulat hidup bergerombol, memakan daun, dan berpencar mencari rumpun lain. Ulat grayak muda menyerang daun sehingga bagian daun yang tertinggal hanya epidermis atas dan tulang-tulangnya saja. Ulat tua juga merusak tulang-tulang daun sehingga tampak lubang-lubang bekas gigitan pada daun. Di samping memakan daun, ulat juga memakan polong muda. hal ini mengakibatkan penurunan jumlah produksi.
8. Belalang Kembara ( Locusta migratoria)
            Belalang menyerang tanaman kedelai dan kacang hijau, gejala serangan yang ditimbulkan adalah terdapat robekan pada daun, dan pada serangan yang hebat dapat terlhat tinggal tulang-tulang daun saja.
            “Hama-hama yang menyerang tanaman Kedelai”
1. Kumbang daun kedelai
a. Peri kehidupan
Kumbang daun kedelai, Phaedonia inclusa . (Coleoptera, Chrysomelidae) berbentuk hampir speris, kepala dan pronotum berwarna coklat-kemerahan, dan elytra berwarna hitam-kebiruan dengan bagian tepi sempit berwarna coklat kekuningan. Elytra panjangnya 4 - 5 mm. Pakan umumnya berupa daun yang telah membentang sempurna. Perkembangan serangga ini berlangsung selama 3 - 4 minggu. Stadium kumbang berlangsung selama 4 bulan. Pada keadaan tanaman tidak tumbuh, kumbang mampu bertahan hidup hingga 5 buian. Kumbang ini bergerak lambat dan jarang terbang. Itulah sebabnya, kumbang ini menyebar secara pasif setelah panenan melalui transportasi daun.
Produksi telur berkisar antara 200 - 250 butir. Telur biasanya diletakkan secara berkelompok sebanyak 2 - 18 butir di permukaan bawah helaian daun. Telur berwarna kuning muda, bentuknya agak melengkung dengan ujung bulat, panjangnya 1 1/3 mm dan lebarnya 1/3 mm. Stadium telur berlangsung selama 4 hari.
Larva pada mulanya berwarna abu-abu gelap kemudian berubah menjadi agak muda. Larva dilengkapi dengan tubercula dan setae yang hitam, bentuknya agak melengkung dengan abdomen tebal, panjangnya mencapai 5 mm. Selama beberapa hari pertama, larva tinggal pada daun, tempat telur diletakkan, kemudian segera merayap ke puncak batang, bunga, dan polong. Larva tua sering memakan tangkai daun. Stadium larva terdiri atas 5 instar, berlangsung selama 8 hari.
Pupa terbentuk di dalam rongga tanah dekat permukaan tanah. Pupa menjadi kumbang setelah berumur seminggu. Kelembaban merupakan faktor penentu dalam perkembangan serangga ini. Lembab nisbi optimum yang dibutuhkan oleh kumbang untuk meletakkan telur berkisar antara 60-80%. Hal ini mungkin merupakan salah satu faktor mengapa kumbang daun kedelai menjadi hama penting di daerah beriklim kering.

b. Perilaku merusak
Kumbang hadir di pertanaman sejak kecambah muncul ke permukaan tanah hingga tanaman masih memiliki daun atau polong muda. Kumbang dan larva merusak pucuk, daun muda, tangkai daun muda, bunga dan polong muda. Tanaman kedelai yang diserang larva maupun kumbang mengalami perompesan sehingga mengakibatkan penurunan hasil panen. Serangan hama pada tanaman muda mengakibatkan tanaman mati, serangan pada tanaman stadium pembungaan mengakibatkan jumlah bunga dan polong berkurang, dan serangan pada stadia perkembangan polong dan biii mengakibatkan jumlah polong dan kualitas biji berkurang.

2. Ulat penggulung daun
a. Perikehidupan
Ulat penggulung daun, Lamprosema (Omyodes) indicata F. (Lepidoptera, Pyralidae) memiliki inang tanaman kedelai dan berbagai jenis kacang-kacangan lainnya. Ciri khas ulat ini adalah terdapatnya dua bercak hitam pada kedua sisi prothorax.
Sesuai dengan namanya, ulat berdiam didalam gulungan daun. Gulungan daun mulai dibentuk oleh ulat muda pada bagian pucuk, tempat telur diletakkan. Setelah tumbuh menjadi lebih besar, ulat berpindah ke daun yang lebih tua. Gulungan daun dibentuk dengan cara merekatkan daun satu dengan lainnya dari sisi dalam dengan semacam zat perekat yang dikeluarkan oleh ulat yang bersangkutan. Bila gulungan daun dibuka, akan dijumpai ulat berwarna hijau transparan yang bergerak cepat. Selama berdiam di dalam gulungan daun, ulat memakan daun sehingga tampak hanya tulang daunnya saja yang tersisa. Kepompong dibentuk di dalam gulungan daun tersebut. Kupu-kupu yang terbentuk berukuran kecil dan berwarna coklat kekuningan.

3. Ulat jengkal
a. Peri kehidupan
Ulat jengkal, Chrysodeixis chalcites Esp. (Lepidoptera, Noctuidae) berwarna hijau dan bergerak seperti menjengkal. Ulat tua memiliki ciri khas, yakni adanya tungkai palsu sebanyak tiga pasang dan garis lateral berwarna pucat sebanyak tiga pasang yang membujur dari mesonotum hingga ujung abdomen. Tubuh ulat menyempit pada bagian apikal dengan kepala kecil. Tubuh ulat ini apabiia direntangkan, panjangnya 3 cm. Stadium ulat terdiri atas lima instar, umur ulat berlangsung selama 14-19 hari dengan rerata 16,2 hari (14).
Kepompong berwarna hijau muda yang berangsur-angsur menjadi putih-kecoklatan. Kepompong dibentuk di daun, ditutupi oleh rumah kepompong (kokon). Stadium kepompong berlangsung selama 6-11 hari dengan rerata 6,8 hari (14).
Stadium ngengat berlangsung selama 5 – 12 hari dengan rerata 8,5. Ngengat meletakkan telur pada umur 4 – 12 hari. Produksi telur mencapai 1250 butir per ekor ngengat betina. Telur diletakkan secara individual di permukaan bawah helaian daun. St pada umur 4 – 12 hari. Stadium telur berlangsung selama 3 - 4 hari dengan rerata 3,2 hari (14). Daur hidup ulat jengkal dari tetur hingga ngengat bertelur berlangsung selama 30 hari.

b. Perilaku merusak
Ulat jengkal menyerang tanaman muda dan tua dengan gejala serangan berupa perompesan, baik sebagian dengan masih tersisanya tulang daun, maupun total. Di samping memakan daun, ulat juga sering memakan polong muda.
Ulat jengkal memiliki inang berupa tanaman kedelai dan beberapa tanaman pangan lainnya, sesayuran, dan gulma selain rerumputan. Karena sifatnya yang polifag tersebut, maka daerah sebarannya meluas di Jawa, Sumatera, dan Sulawesi (15).



4. Ulat grayak
a. Peri kehidupan
Ulat grayak, Spodoptera litura F. (Lepidoptera, Noctuidae) memiliki ciri khas, yakni terdapatnya dua buah bintik hitam berbentuk seperti bulan sabit pada tiap ruas abdomen, terutama ruas ke empat dan ke sepuluh yang dibatasi oleh garis-garis lateral dan dorsal berwarna kuning yang membujur sepanjang badan (15).
Setelah telur menetas, ulat tinggal untuk sementara waktu di tempat telur diletakkan, Beberapa hari kemudian, ulat tersebut berpencaran, Ulat tua bersembunyi di dalam tanah pada siang hari dan giat menyerang tanaman pada malam hari. Stadium ulat terdiri atas enam instar dan berlangsung selama 13 - 17 hari dengan rerata 14 hari (18).
Kepompong terbentuk di dalam rongga-rongga dalam tanah di dekat permukaan tanah. Stadium kepompong berlangsung selama 7 - 10 hari dengan rerata 8,5 hari. Stadium ngengat berlangsung selama 1 - 13 hari dengan rerata 9,3 hari.
Ngengat meletakkan telur pada umur 2 - 6 hari. Produksi telur dapat mencapai 3000 butir per induk betina, tersusun atas 11 kelompok dengan rerata 350 butir per kelompok. Telur diletakkan berkelompok dan ditutupi oleh bulu-bulu halus berwarna coklat kemerahan. Stadium telur berlangsung selama 3 - 5 hari dengan rerata 3 hari (15, 18). Daur hidup ulat grayak dari telur hingga ngengat bertelur berlangsung selama 28 hari.

b. Perilaku merusak
Ulat grayak muda menyerang daun sehingga bagian daun yang tertinggal hanya epidermis atas dan tulang-tulangnya saja. Ulat tua juga merusak tulang-tulang daun sehingga tampak lubang-lubang bekas gigitan pada daun. Di samping memakan daun, ulat juga memakan polong muda.
Ulat grayak memiliki kemampuan makan besar, Selama periode ulat instar VI yang berlangsung selama 2,5 hari, ulat dengan kemampuan makan sebesar 184 cm2/ekor mampu menghabiskan satu tanaman stadium V2 yang berumur 15 HST (3).

5.  Aphis SPP (Aphis Glycine)

            Kutu dewasa ukuran kecil 1-1,5 mm berwarna hitam, ada yang bersayap dan tidak. Kutu ini dapat dapat menularkan virus SMV (Soyabean Mosaik Virus). Menyerang pada awal pertumbuhan dan masa pertumbuhan bunga dan polong. Gejala: layu, pertumbuhannya terhambat.
6. Lalat kacang (Agromyza phaseoli )
Gejala Serangan
            Gejala awal berupa bercak-bercak pada keping biji atau daun pertama. Bercak ini merupakan tempat peletaka telur. Selanjutnya terlihat liang gerek pada keping biji atau daun pertama. Ketika polong yang diserang gugur, larva sudah berada di dalam batang. Pada saat larva telah berada di pangkal akar daun mulai layu dan kekuning-kuningan. Tanaman akan mati berumur 3-4 minggu. Jika tanaman tersebut dicabut akan didapati larva, pupa, atau kulit pupa di antara akar dan kulit akar. Tanaman yang terserang dan masih tetap hidup menampakkan akar-akar adventif di bagian terbawah dari batang.
            Penyebab
            Lalat kacang (Agromyza phaseoli Caq.) sebagai penyebab. Tubuhnya kecil dan berwarna hitam mengilap. Perkawinannya (kopulasi) biasa terjadi antara pukul 09.00@10.00 pagi. Waktu matahari bersinar terik, lalat ini bersembunyi di dalam rumput di dekat tanaman kacang hijau. Lalat kacang bertelur pada pagi hari. Telurnya diletakkan pada keping biji atau pada daun pertama.
            Setelah telur menetas, belatungnya menggerek dan memakan keping biji atau daun sehingga terbentuk liang. Belatung ini akan terus menggerek ke tangkai daun dan masuk ke dalam batang sampai pangkal akar, Kepompong atau pupanya berwarna cokelat kuning. Pada setiap batang tanaman yang diserang rata-rata terdapat 4-5 pupa.  
7. Cantalan (Epilachana Soyae)
Morfologi
Kumbang berwarna merah dan larvanya yang berbulu duri, pemakan daun dan merusak bunga.Bentuk sayapnya keras dan ada yang lunak,tipe mulutnya menggiggit mengunyah



Siklus hidup
 Telur kumbang ini diletakkan dibawah permukaan daun secara berkelompok,lamanya stadia telur antara 4-5 hari, sedangkan stadia larvanya kurang lebih antara 16 hari.

Gejala
Pada hama kumbang ini serangannya yaitu memakan daun tetapi masih ada lapisan daun yang tertinggal seperti tulang daun hingga daun menjadi transparan.Menyerang tanaman berjaringan lunak dan lebih menyukai pada bagian ujung pucuk daun.

8. Ulat polong (Etiela Zinchenella)

Gejala
Gejala kerusakan tanaman akibat serangan hama ini adalah terdapatnya bintik atau lubang berwarna cokelat tua pada kulit polong, bekas jalan masuk larva ke dalam biji. Seringkali, pada lubang bekas gereka terdapat butir-butir kotoran kering yang berwarna coklat muda dan terikat benang pintal atau sisa-sisa biji terbalut benang pintal. Merusak biji dengan menggerek kulit polong muda dan kemudian masuk serta menggerek biji, sebelum menggerek larva baru menetas menutupi dirinya dengan selubung putih hingga ada bintik coklat tua sebagai jalan masuk hama tersebut.

Morfologi dan biologi
Hama ini mempunyai panjang tubuhnya antara 8-11 mm, panjang sayapnya antara 19-27 mm,sayapnya lebih panjang daripada abdomen. Perkembangan telurnya antara 4-21 hari , larvanya antara 19-40 hari,sedangkan perkembangan pupanya antara 12-18 hari, umur imago lebih kurang 20 hari, rata-rata imagonya bertelur antara 100-600 butir telur dan perkembangannya tergantung pada suhu lingkungan.
Ngengat hama ini berwarna keabu-abuan pada bagian tepi sayap ada pembatas
berwarna kuning muda, rentangan sayapnya antara 24-27 mm. Telur berwarna putih mengilap dan berubah menjadi kemerah-merahan larvanya berwarna putih kekuningan. Kepala lebih besar dari pada badan dan berwarna coklat sampai hitam.

Siklus hidup
Telur diletakkan berkelompok 4-15 butir di bagian bawah daun, kelopak bunga atau pada polong. Telur berbentuk lonjong, diameter 0,6 mm. pada saat diletakkan telur berbah kemerahan dan berwarna warna putih mengkilap, kemudian berwarna jingga ketika akan menetas. Setelah 3-4 hari, telur menetas dan keluar ulat berwarna putih kekuningan, kemudian berubah menjadi hijau dengan garis merah memanjang . Ulat instar 1 dan 2 menggerek polong daun, menggerek biji dan hidup di dalam biji. Setelah instar 2, ulat hidup di luar biji.
Dalam satu polong sering dijumpai lebih dari 1 ekor ulat. Ulat instar akhir mempunyai panjang 13-15 mm dengan lebar 2-3 mm. Kepompong berawarna coklat dengan panjang 8-10 mm dan lebar 2 mm, dibentuk dalam tanah dengan terlebih dahulu membuat sel dari tanah. Setelah 9-15 hari, kepompong berubahmenjadi ngengat.

11. Kepik hijau (Nezara Viridula)

Gejala
Gejala kerusakan tanaman akibat serangan hama ini adalah terdapatnya bintik atau lubang berwarna cokelat tua pada kulit polong, bekas jalan masuk larva ke dalam biji. Seringkali, pada lubang bekas gereka terdapat butir-butir kotoran kering yang berwarna coklat muda dan terikat benang pintal atau sisa-sisa biji terbalut benang pintal. Merusak biji dengan menggerek kulit polong muda dan kemudian masuk serta menggerek biji, sebelum menggerek larva baru menetas menutupi dirinya dengan selubung putih hingga ada bintik coklat tua sebagai jalan masuk hama tersebut.

Morfologi dan biologi
Hama ini mempunyai panjang tubuhnya antara 8-11 mm, panjang sayapnya antara 19-27 mm,sayapnya lebih panjang daripada abdomen. Perkembangan telurnya antara 4-21 hari , larvanya antara 19-40 hari,sedangkan perkembangan pupanya antara 12-18 hari, umur imago lebih kurang 20 hari, rata-rata imagonya bertelur antara 100-600 butir telur dan perkembangannya tergantung pada suhu lingkungan.
Ngengat hama ini berwarna keabu-abuan pada bagian tepi sayap ada pembatas berwarna kuning muda, rentangan sayapnya antara 24-27 mm. Telur berwarna putih mengilap dan berubah menjadi kemerah-merahan larvanya berwarna putih kekuningan. Kepala lebih besar dari pada badan dan berwarna coklat sampai hitam.



Siklus hidup
Telur diletakkan berkelompok 4-15 butir di bagian bawah daun, kelopak bunga atau pada polong. Telur berbentuk lonjong, diameter 0,6 mm. pada saat diletakkan telur berbah kemerahan dan berwarna warna putih mengkilap, kemudian berwarna jingga ketika akan menetas. Setelah 3-4 hari, telur menetas dan keluar ulat berwarna putih kekuningan, kemudian berubah menjadi hijau dengan garis merah memanjang . Ulat instar 1 dan 2 menggerek polong daun, menggerek biji dan hidup di dalam biji. Setelah instar 2, ulat hidup di luar biji.
Dalam satu polong sering dijumpai lebih dari 1 ekor ulat. Ulat instar akhir mempunyai panjang 13-15 mm dengan lebar 2-3 mm. Kepompong berawarna coklat dengan panjang 8-10 mm dan lebar 2 mm, dibentuk dalam tanah dengan terlebih dahulu membuat sel dari tanah. Setelah 9-15 hari, kepompong berubahmenjadi ngengat.
           
12. Belalang Kembara ( Locusta migratoria)
            Belalang menyerang tanaman kedelai dan kacang hijau, gejala serangan yang ditimbulkan adalah terdapat robekan pada daun, dan pada serangan yang hebat dapat terlhat tinggal tulang-tulang daun saja.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Keadaan umum tanaman dan lingkungan
            Selama pengamatan berlangsung terlihat pertumbuhan tanaman mempunyai vigor yang baik. Namun selama pengamatan berlangsung terlihat beberapa tanaman terserang hama pada minggu ke- 2 yang menyebabkan beberapa tanaman bagian daunnya dimakan dan ada pula yang menggerek batang. Serangan hama ini umumnya pada saat praktikum disebabkan oleh belalang.




4.2.2 Pertumbuhan Tanaman
    
            Tanaman kedelai dan kacanag hijau tumbuh dengan cukup baik, seperti yang terlihat pada gambar diatas. Dam penanaman kedelai dan kacang hijau ini kami tidak menggunakan bahan kimia, karena pada praktikum yang kami lakukan tujuan utamanya adalah untuk smengamati hama-hama yang menyerang tanaman kedelai dan kacang hijau serta gejala serangannya.
4.2.3 Perbedaan frekuensi serangan antara hama tanaman kedelai dan kacang hijau
            Jenis-jenis hama yang menyerang tanaman kedelai maupun kacang hijau kebanyakan sama yaitu antara lain ulat grayak, belalang, ulat jengkal, ulat penggulung daun dan sebagainya. Walaupun sama, namun frekuensi serangan yang dilakuan oleh hama lebih kepada tanaman kedelai, hal ini dikarenakan ham-hama tersebut lebih menyukai tanaman kedelai daripada tanaman kacang hijau. Salah satu contoh adalah lalat kacang pada tanamn kcang hijau, serangannya tidak sehebat pada tanaman kedelai. Hal ini disebabkan karena keping biji kacang hijau yang masih muda mudah rontok ketika diserang sehingga tidak memberi kesempatan pada serangga tersebut untuk bertelur.


BAB V
KESIMPULAN

Dari hasil pratikum dapat disimpulkan :
v  Dalam penanaman kedelai dan kacang hijau ini kami tidak menggunakan bahan kimia, karena pada praktikum yang kami lakukan tujuan utamanya adalah untuk mengamati hama-hama yang menyerang tanaman kedelai dan kacang hijau serta gejala serangannya.
v  Hama yang menyerang tanaman kacang hijau antara lain kutu daun, ulat tanah, kutuu kebul, wereng, thrips, tungau, ulat penggulung daun, ulat grayak, ulat jengkal dan ulat heliothis.
v  Hama yang menyerang tanaman kedelai antara lain lalat bibit, ulat grayak, ulat jengkal, ulat penggulung daun dan kumbang kedelai
v  Jenis-jenis hama yang menyerang tanaman kedelai maupun kacang hijau kebanyakan sama yaitu antara lain ulat grayak, belalang, ulat jengkal, ulat penggulung daun dan sebagainya. Walaupun sama, namun frekuensi serangan yang dilakuan oleh hama lebih kepada tanaman kedelai, hal ini dikarenakan ham-hama tersebut lebih menyukai tanaman kedelai daripada tanaman kacang hijau.

DAFTAR PUSTAKA

Ir. Siswandi, MP. 2006. Budidaya Tanaman Palawija.PT Citra Aji Parama : Yogyakarta

S, H. Soeprapto.1993. Bertanam Kacang Hijau. Penebar Swadaya : Jakarta.

Tjirosoepomo, Gembong. 2004. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Farida,  N.  2008.  Identifikasi  Varietas  Unggul Benih Kedelai dengan Analisa Cluster. Surabaya : Tesis Magister Fisika ITS
http:// teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-kedelai.html
http://www.scribd.com/doc/21400399/hama-dan-penyakit-pada-kedelaiv